RM: 7

917 100 6
                                    


Din! Din!

Lampu itu menyilaukan mata Guanlin hingga dia tak tau hendak kemana.

Bruk!

Guanlin jatuh dan tersungkur. Dia merasakan sakit di bahu karena terbentur trotoar. Dia merasa ada yang memeluknya dari belakang.

Guanlin perlahan bangkit meskipun masih ada rasa sakit. Dia melepas headset yang menancap di  telinganya lalu menoleh ke belakang.

Yedam?, batin Guanlin.

Rupanya dia yang menyelamatkan Guanlin. Yedam, sahabat lama Guanlin semasa kelas 10 awal-awal masuk. Dia kemudian pindah ke Hawaii karena pekerjaan Ayahnya.

"Yedam?" panggilnya sambil menggoyangkan tubuh Yedam. Tubuh Yedam baik-baik saja. Hanya kakinya yang terluka. Sepertinya suara 'Bruk' itu berasal dari kaki Yedam yang sempat ditabrak oleh mobil yang tidak bertanggung jawab itu.

Perlahan mata Yedam terbuka. Lalu mencoba bangun, dibantu oleh Guanlin.

"L-lin.. Lo gak papa kan?" ucap Yedam lirih.

"Gila! Harusnya gue yang nanya. Lo gak papa?" balas Guanlin.

"Gak. Kaki gue agak sakit" ujarnya sambil mengelus kakinya yang terbalut celana jeans.

Guanlin menatap kaki Yedam. Lalu mencoba menggulung celana itu dari bawah ke atas sampai batas betis.

Digulung lah celana di kaki kanan. Terlihat ada darah yang membasahi kaki kanan Yedam itu. Guanlin terkejut.

"Parah! Lo harus ke rumah sakit!" ujar Guanlin lalu mencoba mengangkat tubuh Yedam.

"Lo gak perlu lebay. Dikit-dikit rumah sakit. Kayak gak ada p3k aja" balas Yedam santai. Dari wajahnya memang seperti tidak merasakan sakit. Namun sebenarnya dia sangat kesakitan.

Guanlin langsung merangkul Yedam dan mengajaknya berjalan menuju kursi taman.

"Bentar. Lo tunggu disini!" ujar Guanlin setelah mendudukkan Yedam lalu pergi entah kemana. Yedam hanya mengangguk sambil menantap punggung Guanlin yang semakin menjauh.

Dia meluruskan kaki nya lalu mengelus pelan untuk menahan rasa sakit.

Beberapa saat kemudian, Guanlin kembali sambil membawa obat luka dan perban. Dia kemudian duduk lalu mengangkat kaki kanan Yedam dan diletakkan di pangkuannya.

Kemudian Guanlin membuka obat luka itu lalu di balurkan ke kaki kanan Yedam yang terluka.

"Awh.." rintih Yedam.

"Tahan. Tahan"

Setelah obatnya merata, Guanlin langsung mengambil perban lalu dibalut ke kaki kanan Yedam dengan hati-hati. Yedam hanya mengamati Guanlin yang sibuk mengobati lukanya.

"Udah" sahut Guanlin lalu menurunkan kaki kanan itu dari pangkuannya secara perlahan.

"Makasih Lin" ujar Yedam.

"Gue yang makasih. Lo udah nyelametin nyawa gue. Gue berhutang nyawa sama Lo"

"Ah Lo kayak di sinetron aja berhutang nyawa" sahut Yedam. Guanlin tersenyum.

"Kapan Lo balik kesini?" Guanlin membuka pembicaraan.

"Lusa kemaren. Niat nya sih mau balik ke sekolah Lo. Tapi gue pikir-pikir dulu" kata Yedam.

"Apa yang perlu dipikir lagi? Kalo Lo sekolah disana. Lo bakal ketemu gue terus" balas Guanlin dengan antusias.

"Ntar kalo gue gak sekelas sama Lo gimana?"

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang