RM: 17

536 69 10
                                    


Jam dinding menunjukkan pukul 11.20. Istirahat pertama sudah selesai 20 menit yang lalu, sedangkan Guanlin, Sanha, dan Yedam masih ditahan di ruang BK.

Di tengah konflik panas tadi, tiba-tiba pak Suga datang dan menyeret mereka bertiga keruang BK. Namun sampai saat ini, Pak Suga masih berdiam diri di meja nya sambil memperhatikan mereka bertiga dengan tatapan galak.

Sedangkan mereka bertiga juga terdiam sambil menunduk. Sanha terdiam namun kedua tangannya masih mengepal.

Suasananya agak dingin. Apalagi diselingi dengan hawa AC dari ruang BK. Menambah kesan mencekam.

"Jadi. Gimana ceritanya?" Pak Suga membuka pembicaraan dengan nada ketus.

Mereka bertiga masih terdiam.

"Yedam"

Yedam mendongak menatap pak Suga dengan tatapan polos.

"Gimana ceritanya?"

"Sa-saya gak tau apa-apa pak. Tiba-tiba, Sanha dateng terus narik kerah saya" ujar Yedam dan langsung mendapat lirikan tajam dari Sanha. Untung saja ditengah mereka berdua terdapat Guanlin.

"Lo gak tau apa-apa?!" ujar Sanha seolah memojokkan Yedam.

"Ya. Gue bener-bener gak tau apa-apa"

Sanha langsung berdiri. Otomatis Guanlin menahan tangan Sanha. Sepertinya akan memukul Yedam. Di lihat dari wajah Sanha, dia benar-benar marah besar. Wajahnya memerah, mata menatap tajam ke arah Yedam.

"Brengsek!"

"Udah-udah. Sanha kamu kembali duduk" atas perintah pak Suga, Sanha kembali duduk lalu pandangannya kosong. Guanlin yang berada di sampingnya menepuk pelan bahu Sanha untuk menenangkannya.

"Sekarang Sanha. Coba ceritakan! Kenapa kamu bisa memulai masalah ini?"

"Ini sebenarnya masalah pribadi saya, Yedam dan kakak saya pak" suara Sanha tiba-tiba melemah. Tidak seperti tadi yang membentak-bentak penuh tenaga.

"Kalau masalah pribadi, selesaikan dirumah. Jangan disekolah. Kalau kalian tadi jadi bertengkar, terus berita ini nyebar. Bagaimana image sekolah kita. Cukup Woojin dan teman-temannya yang merusak image. Jangan kalian" nasehat pak Suga panjang lebar.

"Masalahnya ini menyangkut nyawa pak. Kalau tidak segera diselesaikan, Yedam saya tuntut" ujar Sanha tegas. Mendengar itu, Guanlin dan Yedam benar-benar terkejut. Mereka berdua masih belum mengerti ada masalah apa sebenarnya.

"Sudah sudah. Jadi bagaimana masalah ini terselesaikan?"

"Kita akan selesaikan secara baik-baik pak" ucap Guanlin spontan.

"Ya. Terserah kalian. Yang pasti cepat selesaikan dan jangan dibawa ke sekolah"

Mereka bertiga mengangguk.

"Ya sudah. Kembali ke kelas"

Mereka bertiga bangkit lalu satu persatu keluar dari ruang BK. Guanlin menghela nafas lega, akhirnya mereka bebas dari hukuman. Sedangkan Sanha masih terdiam dan sikapnya dingin. Dia sempat melirik Yedam lalu berjalan pergi tanpa sepatah katapun.

"Argh!" Yedam mengusak rambutnya frustasi.

"Dam. Sebenarnya ada apa?"

"Gue bener gak tau apa-apa Lin. Sumpah. Gue juga kaget tiba-tiba Sanha marah. Dan katanya ini menyangkut nyawa.." Yedam diam sejenak. Kemudian membulatkan matanya. Dia kepikiran sesuatu.

"Lin gue pergi dulu. Tolong cari tau dari Sanha" ujar Yedam kemudian pergi entah kemana.

Guanlin yang tadinya bingung akhirnya mengangguk. Dia harus menyusul Sanha. Secepat mungkin dia mengejar Sanha yang menurutnya tidak begitu jauh.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang