RM: 26

522 75 10
                                    


Yedam menyeret tasnya masuk ke dalam kamar seraya menghela nafas. Tubuhnya terlihat lelah. Matanya agak sembab dikarenakan menangis tadi. Ujung bibirnya terluka karena ada suatu hal yang terjadi sebelum dia pulang. Namun raut wajahnya terlihat kalau dia baik-baik saja, seperti tidak ada masalah.

Dilemparkannya begitu saja tas itu ke atas meja belajarnya. Dia menyalakan AC lalu duduk di tepi tempat tidurnya.

Ting!

Baru saja dia melepas penat. Ponselnya berbunyi. Dia terpaksa mengambil tasnya karena ponselnya berada disana. Sebenarnya dia malas, tapi siapa tau kalau ada pesan penting.

Sanha
Guanlin udah gue pastiin gak keluar malam ini. Lo tenang aja

Yedam tersenyum membaca pesan itu. Perasaannya sedikit lega. Dia membalas pesan dari Sanha lalu meletakkan ponselnya di sampingnya.

"Akhirnya gue perasaan gue agak tenang. Untung aja Sanha mau dengerin gue"

Setelah makan dari warung itu. Yedam memutuskan untuk ke rumah Sanha. Untuk meminta bantuan saja, meskipun dia tau kalau saat ini Sanha sangat membencinya gara-gara salah paham.

"Oke. Cuma ini jalan satu-satunya supaya Guanlin gak ada sangkut pautnya sama ntar malem"

Yedam melangkah lebih dekat dengan pintu rumah Sanha.

Tok tok tok

Pintu terbuka. Rupanya bi Arin yang membukakan pintu.

"Sanha ada bi?"

"Ada. Silakan masuk" Bi Arin membuka lebar pintu itu. Kemudian bi Arin pergi memanggil Sanha. Yedam melangkah masuk lalu duduk di ruang tamu. Dia mengusap wajahnya supaya tidak terlihat kalau habis menangis. Dia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

"Lo!?"

Yedam mendongak. Dengan cepat Sanha menarik kerah seragamnya.

"Masih berani kesini? Huh!?"

"Tolong dengerin gue. Gue gak ada maksud nyari gara-gara. Gue disini cuma butuh bantuan Lo"

"Bantuan apa? Lo mau gue bantu ngeracunin Chungha pakek obat nyamuk? Iya!?"

Yedam meringis karena cengkraman di kerahnya bertambah kuat.

"San.. ja-jangan berpikir b-buruk dulu.." suara Yedam tertekan.

Bugh

Sanha melayangkan pukulan keras hingga Yedam terbentur meja. Yedam merintih seraya menyeka ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Dia menatap Sanha.

"Gausah sok nangis Lo! Gue gak luluh begitu aja" ucap Sanha setelah melihat mata Yedam yang sembab. Yedam mengepalkan tangannya. Mencoba sekuat tenaga untuk bicara.

"San! Gue kesini gak ada kaitannya sama Chungha! Gue kesini cuma butuh bantuan Lo soal Guanlin! Gue mohon. Kesampingkan dulu masalah gue-lo-Chungha. Hiks.." Yedam menundukkan kepalanya dan air matanya kembali mengalir.

"Kesampingkan Lo kata!? Chungha hampir sekarat gara-gara Lo!" bentak Sanha yang terlihat sangat marah. Yedam mengusap air matanya lalu bangkit.

"Gue udah bilang! Gue gak tau apa-apa! Lagian gue juga gak bakalan bikin Chungha kayak gitu!" bentak Yedam.

"Alah! Sampah Lo! Omongan Lo gak bisa di pegang tau nggak! Kalo bukan Lo terus siapa? Woojin?"

"Iya! Dia yang ngelakuin!"

Sanha mengerutkan keningnya. Menurutnya semakin tidak jelas alur cerita Yedam. Bagaimana bisa Woojin? Sedangkan Chungha tidak punya masalah sedikit pun dengannya.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang