RM: 32

654 98 10
                                    


Woojin menendang kerikil itu hingga masuk ke dalam danau. Sekarang dia berada di waduk Pluit. Yang dulunya kumuh sekarang sudah diubah menjadi taman yang rindang untuk menenangkan diri. Apalagi malam hari, lampu-lampu di sekitar danau menyala warna-warni. Sekarang sudah jam satu dini hari. Suasana akan tenang jika duduk sambil memandang danau buatan itu dan menikmati malam yang berwarna. Begitupula Woojin, namun bukannya tenang, lelaki itu malah kesal. Dan melampiaskannya dengan menendang beberapa batu kecil.

Setelah lelah, Woojin duduk disebuah bangku yang menghadap ke danau itu.

"Gue udah siapin rencana ini mateng-mateng. Dan kenapa harus gini sih?" gumam Woojin.

Sejak tadi ponselnya bergetar, dia mengambilnya lalu melihat ke layar ponselnya. Beberapa panggilan tidak terjawab dari Lucas, Jaemin dan yang lainnya. Dia memutuskan untuk mengaktifkan mode silent. Dia sedang tidak ingin diganggu.

"Lagian bang Daniel ngapain juga sok sok an nangis. Dia kan gak suka sama Guanlin"

Woojin mengusap wajahnya dengan kedua tangan lalu mengacak rambutnya. Dia bangkit lalu memandang bantaran danau itu.

"GUE BENCI LO GUANLIN! LO LEMAH! LO GAGALIN RENCANA GUE! ARGH!"

=====

Daniel menghadap dokter didepannya dengan perasaan cemas. Dokter didepannya ini sibuk dengan sebuah kertas.

Tangan kirinya digenggam erat oleh Seongwoo yang mencoba menenangkannya. Lalu pandangan dokter itu beralih ke mereka berdua. Dokter itu menghela nafas.

"Maafkan kami. Pasien mengalami patah tulang di tangan kanan mungkin karena benturan atau terjepit dengan keras" ujar Dokter itu.

Daniel mendesah pelan, "Hanya patah tulang dok?"

"Iya"

"Dok. Apa tidak ada cedera lain?" ucap Seongwoo memastikan. Karena jika dilihat dari penanganan dokter tadi, sepertinya Guanlin agak parah.

Dokter tersenyum tipis, "Untuk gejala lain, kami belum tau pasti. Kami akan menunggu sampai pasien sadarkan diri. Dan juga tadi sempat terjadi pendarahan di kepala akibat benturan yang keras. Namun kami sudah menanganinya"

Daniel yang mendengar itu menunduk. Rasa kecewa pada dirinya sendiri. Kenapa dia begitu kasar.

"Syukurlah Dok. Kalau begitu terimakasih" ujar Seongwoo lalu beranjak begitupula Daniel. Setelah itu mereka keluar dari ruangan itu dan menuju ke IGD.

Bertepatan dengan seorang suster baru keluar dari IGD itu. Daniel langsung bertanya, "Sus, apa kita boleh masuk?"

"Boleh. Silakan. Tetapi maksimal dua orang. Permisi" Suster itu kemudian pergi. Daniel dan Seongwoo bergegas masuk kedalam ruang IGD.

Terlihat Guanlin yang polos tengah terbaring lemas dengan tangan kanannya di gips dan perban membalut kepalanya, juga beberapa luka goresan di wajahnya mungkin akibat dari kaca helm yang retak dan mengenai wajah tampan Guanlin.

Daniel mendekat perlahan lalu menyeret kursi kemudian duduk disamping Guanlin. Seongwoo hanya berdiri dibelakang Daniel sambil menatap Guanlin.

"Lin.."

Daniel menggenggam tangan kiri Guanlin yang terdapat infus itu. Lelaki itu kembali meneteskan air mata.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang