RM: 21

622 87 9
                                    


"Eungh"

Guanlin melenguh. Matanya berkedip-kedip menyesuaikan dengan cahaya matahari yang menembus ventilasi kamarnya. Dia mendudukkan diri. Dia mengedarkan pandangannya disekeliling kamar. Lalu matanya menangkap jam dinding yang berada di atas pintu kamarnya. Jarum panjang menunjukkan angka 6 dan jarum pendek menunjukkan angka 5. Matanya membulat.

Setengah enam?! Gue belum nyiapin sarapan. Gue belum nyiapin pelajaran. Gue belum semuanya, batin Guanlin. Dengan segera dia beranjak dari tempat tidurnya. Dia membuka kunci pintu kamarnya kemudian keluar dari kamar.

Terlihat Woojin dengan tenang memakan nasi bungkus di meja makan dengan memakai seragam. Melihat Guanlin baru keluar dari kamar, Woojin melirik sekilas lalu mengangkat satu sudut bibirnya. Guanlin menghampirinya dan duduk di depannya.

"Baru bangun Lin?" Guanlin membalas deheman. Terlihat dia tengah mencari sesuatu di atas meja. Woojin menyadarinya.

"Sorry. Gue cuma beli satu. Gue kira Lo masak sendiri" ujar Woojin dengan santai tanpa beban. Guanlin yang mendengar itu, mengangguk mengerti. Dia beranjak.

"Eh Lin, Lo mau?" Guanlin menoleh dengan mata berbinar. Dia kembali duduk.

"Beli sendiri"

Guanlin tersenyum tipis lalu beranjak dan pergi ke kamar mandi. Woojin mengamati tingkah Guanlin yang sepertinya kesal. Dia tertawa dan hampir terjungkal.

"Kalo aja Bang Daniel disini, bisa lebih parah" monolognya disela tawanya. Daniel sejak kemarin belum pulang. Mungkin masih setia menemani Chungha di rumah sakit.

Setelah lelah tertawa, dia menghabiskan makanannya. Tanpa membereskan makannya, Woojin langsung pergi ke ruang tengah. Lalu merebahkan tubuhnya di sofa sambil memainkan ponselnya.

"Aduh lowbat lagi" celoteh Woojin. Dia beranjak lalu memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Guanlin. Beberapa saat kemudian dia keluar dengan membawa charger berwarna putih. Dia kembali duduk di sofa ruang tengah yang lebih dekat dengan stopkontak. Dia mengangkat kaki kanannya di atas sofa seolah berada di warung kopi.

Selang beberapa lama, Guanlin keluar dari kamar mandi dengan rambut agak basah dan handuk melilit di tubuhnya. Melihat meja di ruang makan berantakan, Guanlin hanya bisa sabar. Dia mendekati meja makan itu lalu membereskan meja makan dan membuang sampah nasi bungkus milik Woojin. Dia menggelengkan kepalanya. Kapan Woojin berubah?

"Lin"

Langkahnya terhenti saat dia hendak masuk ke kamar karena mendengar panggilan dari Woojin.

"Apa?" balas Guanlin tanpa menghampirinya. Dia hanya mengeraskan suaranya.

"Gue pinjem charger Lo"

"Iya"

Guanlin kemudian masuk ke dalam kamar dan bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Tak lama kemudian, dia keluar dalam keadaan rapi. Lalu menghampiri Woojin di ruang tengah.

"Lo udah sarapan?"

"Belum"

"Oh"

Oh doang? Gue kira bakal dibeliin. Tapi bener, emang pernah Woojin peduli? Kagak pernah. Dia kemarin cuma khawatir aja. Takut kalo gue sakit, gue laporan sama bang Seongwoo, batin Guanlin.

"Gue ke dapur dulu" Guanlin meninggalkan tas nya di atas sofa lalu dia berjalan menuju dapur untuk sarapan.

Tangan Guanlin mengobrak-abrik isi kulkas. Namun disana hanya ada telur dan makanan ringan Daniel.

"Telur doang. Gue belum beli persediaan makanan. Mungkin di lemari masih ada mie instan" Guanlin mengambil satu butir telur lalu di letakkan di meja dapur. Kemudian dia beralih ke lemari. Dia membuka lemari itu, namun isinya hanya peralatan masak, dan bahan-bahan kue.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang