RM: 48

418 54 5
                                    


Perlahan Guanlin mengerjapkan matanya sambil menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Dia melenguh. Membuat seseorang yang tidur di samping ranjangnya itu terbangun.

"Lin?"

Perlahan Guanlin memposisikan tubuhnya menjadi duduk dengan bantal sebagai sandaran.

"Niel. Yedam mana?"

Masih aja manggil gue 'niel'. Berarti dia belum inget Gue, batin Daniel.

"Udah pulang Lin. Sekarangkan udah malem. Mending sekarang istirahat lagi" ujar Daniel.

Daniel menatap Guanlin yang terlihat gelisah dan cemas. Daniel menata selimutnya, "Kenapa?"

Guanlin masih terdiam. Dia memejamkan matanya selama dua detik lalu menatap Daniel yang berada di depannya.

"Gue inget sekarang"

Daniel terbelalak, "Apa!?"

Dia menghentikan aktivitasnya lalu menatap Guanlin penuh harapan.

"Iya. Gue inget. Orang itu Yedam. Yang nolongin gue" ucap Guanlin sambil mengangguk yakin. Daniel menghela nafas lalu kembali ke duduknya dengan perasaan gereget.

Daniel hanya membalas anggukan kecil. Dia tengah menahan amarahnya. Jika saja dia tidak bisa menahan amarah. Mungkin Guanlin kembali masuk ke IGD.

Daniel berdecak lalu dia berdiri.

"Niel. Mau kemana?"

Daniel menoleh ketika membuka pintu, "Mau nyari angin bentar"

Terlihat Guanlin mempoutkan mulutnya. Daniel memutar bola matanya sambil menatap Guanlin gemas, "bentar doang"

Guanlin mengangguk kecil. Lalu dia menatap pintu ketika Daniel sudah hilang dari pandangannya.

Kini yang ada dipikiran Guanlin hanya Daniel.

"Lo itu siapa sih Niel sebenernya?" gumam Guanlin.

Padahal dalam hatinya, tidak ingin tau jati diri dari seorang Daniel. Namun pikirannya memenuhi tanda tanya itu. Berkali-kali Daniel selalu menyakinkan kalau Daniel adalah saudara kandungnya dan Guanlin mengacuhkan hal itu. Dia mengira itu hanya omong kosong belaka.

Lagipula siapa yang percaya, tiba-tiba saja seseorang langsung mengatakan kalau dia itu saudaranya.

Itu pun ketika Guanlin baru sadar.

Namun setiap melihat Daniel, sekilas Guanlin teringat ketika dia belum benar-benar pingsan setelah kejadian balapan itu, dia samar-samar melihat Yedam memukuli Daniel habis-habisan. Mulutnya ingin mengatakan sesuatu namun tenaganya tidak kuat lagi.

Guanlin melirik ke arah jam dinding.

Pukul 9 malem.

Dia menghela nafas. Mungkin dia tidak betah jika harus istirahat seharian. Ingin rasanya menggunakan kakinya yang sudah kesemutan berjalan-jalan karena seharian hanya berbaring.

Guanlin membuka selimutnya dan mulai menurunkan kedua kakinya dengan perlahan. Tangan kirinya meraih gagang infus lalu mulai melangkahkan kakinya. Sambil tertatih-tatih, Guanlin berusaha tidak memakai kursi roda dan tidak memanggil suster yang khusus menanganinya.

Membuka pintu dengan perlahan lalu melihat sekitarnya.

Sepi

Kaki nya berjalan berlahan menuju lift.

Dia menekan tombol dengan tangan kiri dan pintu lift terbuka. Akhir-akhir ini Guanlin belajar menjadi kidal, gara-gara tangan kanannya masih di gips. Ini hanya sementara. Sekitar dua bulan untuk memulihkan tulang tangan kanannya.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang