RM: 38

527 69 2
                                    


Mendengar pintu terbuka, Guanlin yang sebelumnya terbaring, dia mendudukan dirinya dan bersandar.

Muncul seseorang yang ditunggunya lalu tersenyum.

"Gimana Lin?" ucap Woojin sambil menarik kursi lalu duduk.

"Udah agak mendingan. Kenapa Lo gak kesini sama Sanha?" tanya Guanlin yang membuat Woojin mengerinyit.

"Sanha?"

"Iya. Lagian kenapa malah Yedam yang sama Sanha. Bukannya Lo"

"Gue?" Woojin bingung dengan sendirinya. Guanlin hanya mengangguk pelan sambil tersenyum.

Woojin tertawa remeh, "Ngomong apaan sih Lo Lin. Lagian ngapain gue barengan sama Sanha. Lo jangan-"

Woojin tiba-tiba terdiam dan menghentikan kata-katanya. Guanlin mengangkat satu alisnya.

Sebenarnya dia kesini bukan karena kehendaknya. Dia terpaksa menjenguk Guanlin karena Seongwoo yang menyuruhnya.

Woojin masih bermalas-malasan di atas kasur kesayangannya itu. Dia tidak ingin kemana-mana. Bahkan ini sudah sore dan Woojin belum sedikitpun menyentuh air.

Pikirannya berantakan. Posisinya sejak tadi tidak berubah. Dia terus memandang langit-langit kamar yang bernuansa biru muda itu. Namun sesekali dia melirik ke arah jam dinding.

Drrtt drrtt

Ponselnya yang berada di sampingnya bergetar. Diraihnya dengan malas ponsel itu.

"Huh!? Bang Seong?" Woojin mendudukkan tubuhnya lalu menggeser tombol hijau di layar ponselnya. Kemudian diletakkan di telinga kirinya.

"Halo bang"

''Jin. Kamu bisa ke sini nggak?''

Woojin berdecak. Lagipula ngapain Bang Seongwoo mengurusi si Guanlin itu. Seharusnya Seongwoo berada dirumah, menemaninya.

"Ngapain bang? Males gue"

''Guanlin nyariin kamu''

Woojin mengerutkan keningnya. Buat apa Guanlin mencarinya. Apakah dia mau nyalahin Woojin atas apa yang dialaminya. Atau ingin memaki Woojin?

"Gak guna" lirih Woojin dengan suara pelan.

''Apa Jin?''

Rupanya Seongwoo mendengar sekilas ucapan Woojin.

"Enggak bang. Gue males bang"

''Dia sekarang butuh kamu Jin. Kamu tau nggak, dia itu kena gegar otak''

"Oh" singkat, padat, jelas. Jelas sekali kalau Woojin benar-benar malas untuk membahas Guanlin.

''Kok oh doang. Abang mohon. Mau ya?''

"Enggak bang"

''Biar Guanlin cepet pulang. Dan abang juga ikut pulang''

"Kalo pulang, pulang aja bang. Ngapain nungguin si gulali sembuh. Lama bang"

Semakin membosankan saja obrolan ini. Ingin rasanya Woojin menutup telfon itu dan melempar ponselnya. Namun dia tidak bisa, karena yang menelpon itu Seongwoo.

''Maka dari itu, kamu kesini. Ajak ngobrol Guanlin. Biar dia cepet sembuh terus bisa pulang''

"Bang. Sebenernya adik abang itu, Gue apa Guanlin!?"

Dari sebrang sana terdiam. Akhirnya Woojin berhasil mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini ingin dia ungkapkan.

Woojin dapat mendengar suara nafas panjang dari Seongwoo lewat telfon itu. Perasaannya sedikit lega.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang