RM: 54

341 55 6
                                    

Sanha melongo tidak percaya apa yang dia lihat. Seseorang yang dia rindukan selama di sekolah kini berdiri dihadapannya dengan tegap.

Bahkan kondisinya jauh lebih baik daripada  kemarin ketika Sanha terakhir menjenguknya. Perban di kepalanya sudah tidak ada, meskipun masih ada luka di kepalanya. Tangan kanannya yang di gips sudah lepas.

Sanha dan Yohan berdiri. Pak Kino juga demikian.

Guanlin berjalan mendekati mereka. Sanha menatakan kursi untuk Guanlin.

"Silakan duduk pak" ujar Guanlin lalu duduk. Pak Kino tertegun melihat siapa yang berada dihadapannya sekarang.

 Pak Kino tertegun melihat siapa yang berada dihadapannya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajahnya masih pucat. Mungkin karena baru sembuh.

"Saya ke sini mau konfirmasi kalau saya ikut olimpiade fisika di Bandung" ujar Guanlin dengan tegas.

Pak Kino menghela nafas lalu memandang Yohan dan Guanlin secara bergantian.

"Baiklah. Saya putuskan kalau Guanlin tetap ikut olimpiade"

Guanlin berbinar lalu menatap Sanha yang berada disampingnya sambil bergumam, "Lo berhasil Lin"

Yohan menatap Guanlin sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Namun Guanlin terdiam.

Tiba-tiba Guanlin membalas dengan pelukan ala lelaki kepada Yohan.

"Dan kamu Yohan.."

Mereka melepas pelukan dan memerhatikan pak Kino kembali.

"Kamu tetap ikut olimpiade" ujar pak Kino lalu tersenyum.

"Tapi pak-"

"Memang kita harus mewakilkan tiga siswa dari masing-masing mapel. Tapi fisika sendiri yang harus mewakilkan empat siswa" sela pak Kino. Beliau mengambil beberapa lembar kertas lalu menunjukkan dengan jari telunjuknya. Setelah serius menatap kertas itu, beliau tersenyum.

"Nah. Olimpiade fisika SMA 127 diwakili oleh Guanlin, Yohan, Zoe, dan Han" ujar Pak Kino lalu membereskan lembaran-lembaran itu dan memasukkannya kedalam laci meja.

Guanlin menghela nafas lega.

=====

"Woy Guanlin!" siapa lagi kalau bukan Yedam yang tiba-tiba muncul dari balik pintu kelas dan memeluk Guanlin dengan erat.

"Awh. Dam. Sa-sakit" keluh Guanlin. Mendengar itu, Yedam langsung melepas pelukannya lalu merangkul bahu Guanlin.

"Guanlin ini baru sembuh. Langsung Lo peluk aja" cibir Sanha.

"Gue lupa"

"Kantin?" Sanha menawarkan. Guanlin terdiam sejenak lalu melepaskan rangkulan dari Yedam.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang