RM: 30

729 105 26
                                    


Daniel sampai ke garis finish. Dia disana mendapat sambutan dari para teman-temannya. Bahkan dari ekspresi mereka, tidak ada yang khawatir sama sekali dengan keadaan yang lain.

"Bang selamat bang" ucapan selamat pertama dari Woojin. Daniel memeluknya sekilas. Kemudian dia menghampiri Lucas dan Mark yang masih setia menahan Chungha yang menangis dalam diam.

"Lepasin dia" Lucas dan Mark melepaskan Chungha. Lalu mereka menjauh dari Chungha dan Daniel.

Kini hanya terdapat mereka berdua. Yang lain menjauhkan diri dulu. Chungha masih menunduk. Daniel hendak memeluk tubuh Chungha namun Chungha menolaknya.

"Udah.. kamu tenang. Sekarang semua udah baik-baik aja" Kedua tangan Daniel berada di bahu Chungha. Sesekali tangannya mengusap pelan surai Chungha. Namun ditepisnya.

"Aku mau pulang!" Akhirnya Chungha bersuara setelah sekian lama terdiam. Dia melangkah namun tangannya ditahan.

"Aku sayang sama kamu"

"Basi! Mending kamu sayang sama seseorang yang seharusnya kamu sayang" Chungha melepas tangannya dari Daniel lalu melangkah pergi.

Daniel mengerinyit. Apa maksud Chungha barusan? Dia memandangi kepergian Chungha yang semakin menjauh.

Woojin tiba-tiba merangkulnya dari belakang. Daniel menoleh ke arah Woojin dan tersenyum kecut.

"Woojin!" panggil salah satu temannya. Woojin dan yang lain menoleh. Dia mengatur nafasnya yang terengah.

"Apa?"

"Guanlin.."

Kening Daniel berkerut. Dia tidak mengerti.

Guanlin? Guanlin disini? Ngapain?, batin Daniel penuh pertanyaan.

Woojin menaikkan alisnya.

"Ayo cepet" orang itu langsung pergi. Otomatis karena penasaran semuanya mengikuti orang itu.

=====

Yedam menarik baju Sanha dari belakang ketika melihat kerumunan yang menurutnya mencurigakan.

"Aish. Apaan sih" Sanha menepis tangan Yedam dari bajunya. Yedam menunjuk kearah kerumunan. Mata Sanha mengikuti arah yang ditunjuk oleh Yedam.

"Jangan-jangan.."

Mereka saling menatap, "Guanlin!"

Tanpa basa-basi, mereka berlari menuju kerumunan.

"Guanlin!" Mereka langsung mendekati tubuh Guanlin yang terbujur lemas dengan darah mengalir di tubuhnya.

Sungguh Yedam ingin sekali mengumpat. Teganya manusia yang berada disana. Tidak sedikitpun yang menolong Guanlin. Mereka hanya bisa berkerumun, ghibah, dan memotretnya. Memangnya Guanlin ini apa?

Sanha segera memeluk tubuh Guanlin sambil terisak.

"Lin.. bangun Lin" Sanha menepuk pipi tirus Guanlin.

"Gue telfon ambulans dulu" ujar Yedam mengambil ponselnya.

"Cepet!" teriak Sanha.

Yedam berjalan menjauh namun tidak sampai keluar dari kerumunan. Dia meletakkan ponselnya di telinga kirinya. Wajahnya cemas. Dia panik saat ini.

"Halo. Kami butuh ambulance. Di Epicsentral. Cepetan! awh.." Yedam memegang perutnya. Sanha mendongak.

"Kenapa?"

"Perut gue sakit lagi" ujar Yedam.

"Maaf kami akan datang untuk keadaan darurat seperti kecelakaan. Bukan untuk sakit perut"

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang