RM: 60 [End]

673 43 6
                                    


"Halo. Kirim pengacara ke kantor polisi Jakarta Selatan" ujar Jackson dengan nada panik. Setelah mengatakan itu, Jackson melepas headset bluetooth nya dan kembali fokus ke jalanan.

"Kamu nantang maut Jin" ucap Jackson. Dia baru saja mendengar cerita Woojin yang menurutnya ekstrem. Berurusan dengan polisi bukan hal mudah. Itu menyangkut hukum negara.

Woojin tertawa kecil.

"Bentar lagi sampek om. Semoga Guanlin ada di sana"

Jackson menghela nafas. Berharap apa yang di ucapkan Woojin benar. Dia bahkan sudah membawa sebuah balok kayu untuk perlindungan diri menghadapi si penculik.

"Kamu beneran tau pelakunya kan?"

Woojin terdiam sejenak, "Iya om"

Tak lama kemudian, Jackson menghentikan mobilnya didepan sebuah bangunan tua yang sepi dan jauh dari pemukiman.

Mereka berdua keluar dari mobil sambil menatap bangunan didepannya.

"Om, sering lewat sini tapi baru tau ada bangunan kayak gini" jawab Jackson kemudian melangkah menuju bagasi untuk mengambil balok kayu yang sudah disiapkan.

"Om mau ngapain?" tanya Woojin ketika Jackson menampakkan balok kayu yang di pegangnya di hadapan Woojin.

"Buat siaga. Om kan gak tau pelakunya bersenjata atau nggak" jawab Jackson lalu meletakkan balok kayu itu di bahunya yang berjalan mengendap-endap. Woojin menghela nafas. Dia sudah tau pelakunya dan tidak mungkin pelakunya itu bersenjata. Karena pelakunya kan temannya sendiri.

Bukannya ikut mengendap-endap seperti Jackson, Woojin malah berlari dan menendang pintu bangunan yang terbuat dari besi hingga terbuka. Tidak diragukan lagi kekuatan lelaki Woojin.

Jackson tertegun lalu mengejar Woojin yang masuk ke dalam.

"Heh! Keluar Lo! Gue udah Dateng! Mana Guanlin!" teriak Woojin dengan kemarahannya. Padahal tadi sikapnya baik-baik saja.

Jackson mengedarkan pandangannya. Kumuh. Satu kata untuk tempat ini. Seperti gudang yang ada di film-film. Matanya menangkap sebuah pintu yang menurutnya mencurigakan. Diatas pintu itu terdapat ventilasi yang mengeluarkan uap. Sepertinya bukan uap panas, namun uap dingin. Terlihat ventilasi agak membeku.

"Guanlin" gumam Jackson. Woojin menoleh kearah Jackson yang tiba-tiba mendekati pintu dengan panik. Langsung saja lelaki paruh baya itu berusaha membuka pintu dengan memukulkan kayu yang ia bawa.

"Kenapa om?"

"Feeling om. Guanlin. Ada disini" ujar Jackson disela usahanya.

Mendengar itu, Woojin ikut berusaha membuka pintu dengan tendangan andalannya.

Dok! Dok! Brak!

Dengan penuh tenaga dan kesabaran, akhirnya pintu terbuka namun terputus dari engselnya.

Uap dingin itu kini terasa ketika pintu terbuka. Agak berkabut di dalam ruangan itu.

Mereka berdua masuk ke dalam ruangan itu. Hawa dingin merasuk ke dalam tubuh. Apalagi Woojin yang memakai lengan pendek.

"Sshhh"

Woojin terdiam sejenak. Dia seolah mendengar suara desis. Bulu kuduk Woojin berdiri. Dia merinding, entah karena dinginnya ruangan atau karena ketakutan mendengar desisan itu.

Ruangan itu mirip lemari es. Di dalam ruangan itu terdapat bongkahan es yang tersusun rapi. Jadi, hawa dingin ruangan ini bukan karena AC.

"Dingin om" keluh Woojin sambil memeluk dirinya. Namun keluhan itu tidak dihiraukan oleh Jackson. Lelaki paruh baya itu sibuk dengan kepanikannya.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang