RM: 18

491 64 8
                                    


Setelah berdebat lama dengan pak Hanbin, akhirnya Guanlin dan Sanha diperbolehkan pulang terlebih dahulu. Ya, dengan alasan acara keluarga yang mendadak. Sedangkan pak Hanbin, begitu bodoamat dengan acara para siswanya, yang penting aktif dalam pelajaran. Intinya, pak Hanbin gak mau ada siswa yang absen dikelas yang dia ajar. Semua siswa harus ikut pelajarannya apapun yang terjadi. Tapi kalau sakit, ya mau bagaimana lagi.

Mereka sampai di rumah sakit 20 menit kemudian dengan mengendarai mobil Sanha. Motor Guanlin masih dititipkan di sekolah.

Sanha berjalan cepat menuju IGD, hingga Guanlin agak kewalahan mengikutinya.

Tak lama kemudian mereka berhenti di sebuah ruang yang bertuliskan 'IGD'. Sanha mengintip dari balik pintu. Untung saja pintu itu tembus pandang dan tidak tertutupi tirai. Chungha masih di periksa oleh dokter. Dan dia masih belum sadarkan diri.

Sanha berbalik lalu duduk di kursi tunggu. Guanlin duduk disampingnya sambil mengusap punggung Sanha.

"Ini udah lama. Dan Chungha belum sadar" lirih Sanha sambil menundukkan kepalanya. Sepertinya dia ingin menangis karena dapat dilihat dari suaranya yang serak. Kedua tangannya menangkup wajahnya.

"Sabar San. Gue yakin kalo kakak lo bakal baik-baik aja"

Hanya itu yang bisa dikatakan Guanlin untuk menenangkan sahabatnya itu.

Setelah lama menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruang IGD. Mendengar suara pintu terbuka, Sanha dan Guanlin menoleh bersamaan. Lalu mereka bangkit dan menghampiri dokter itu.

"Bagaimana keadaan kakak saya dok?"

"Pasien mulai membaik. Nafasnya mulai teratur. Sekarang pasien sedang istirahat"

Sanha dan Guanlin menghela nafas lega. Perasaan gelisahnya akhirnya hilang.

"Boleh saya masuk dok?"

"Boleh silahkan. Tapi tolong, pasien jangan diganggu dulu. Biarkan istirahat dulu. Saya permisi"

Setelah dibalas anggukan, Dokter itu pergi. Lalu mereka masuk ke dalam ruang IGD.

Terlihat, Chungha tengah terbaring lemas dengan alat bantu bernafas terpasang di hidungnya. Sanha mendekati Chungha, raut wajahnya sedih namun dia mencoba untuk tersenyum.

Sanha menyeret pelan kursi yang berada di samping ranjang itu supaya lebih dekat, kemudian duduk. Guanlin berdiri di belakang Sanha sambil mengusap bahu Sanha.

"Kak" lirih Sanha sambil menggenggam tangan Chungha.

"Gue gak akan maafin Yedam. Gue janji"

Guanlin paham perasaan Sanha saat ini. Jika itu terjadi padanya, mungkin Guanlin akan melakukan hal yang sama. Tapi tidak untuk tidak memaafkan seseorang.

Guanlin merasa jika dirinya akan membuat Sanha malu untuk menangis. Guanlin paham jika Sanha butuh waktu untuk merenung, memahami situasi.

"San. Gue keluar dulu" Sanha membalas anggukan.

Kemudian Guanlin keluar dari ruangan itu. Membiarkan Sanha berdua dengan kakaknya.

"Lin"

Guanlin terkejut ketika baru keluar, seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke arah suara.

"Yedam"

"Gimana keadaan Chungha?"

"Kita mending ngobrol di kantin rumah sakit aja"

Yedam sepertinya memahami situasi. Dia mengangguk. Guanlin berjalan dulu dan diikuti Yedam di belakangnya.

=====

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang