RM: 47

421 52 3
                                    


Sanha dan Yedam berjalan menuju kantin. Ucapan pak Kino tadi membuat Sanha lapar. Mereka kemudian duduk berhadapan di pojok kantin dekat lorong menuju kelas.

Setelah memesan, mereka terdiam. Yedam ingin membuka suara, namun sepertinya tengah Sanha memikirkan sesuatu.

"San. Lo gak papa kan?"

Sanha menggeleng. Tatapannya kosong seperti di rasuki makhluk halus.

"San. Lo jangan nakutin gue. Mentang mentang kita di pojokan" ujar Yedam bergidik ngeri sambil menepuk bahu Sanha yang ada didepannya.

Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Yedam menyodorkan sepiring nasi goreng dan segelas cappucino ke wilayah meja Sanha.

"Makan dulu" ujar Yedam lalu menyantap makanan nya.

"Gimana caranya bikin Guanlin kembali normal?" ucap Sanha tiba-tiba membuat Yedam tersentak terkejut.

"Udah lah. Mending Lo makan dulu" Yedam melirik ke arah jam tangannya, "15 menit lagi bel masuk"

Sanha mulai fokus ke arah makannya dan perlahan menyantapnya.

"Lo harus bantuin gue. Ngingetin Guanlin sampek dia sembuh" ujar Sanha disela makannya.

"Uhuk-" Yedam segera menyeruput Cappucino nya karena tersedak mendengar ucapan Sanha.

"Gila Lo" cetus Yedam setelah menepuk dadanya karena tersedak tadi.

=====

Pulang sekolah, Sanha langsung mengajak Yedam menuju rumah sakit dengan mengendarai mobilnya. Padahal Yedam sebelumnya menolak untuk pergi menjenguk Guanlin. Dia masih tidak ingin menganggu Guanlin. Dia tau jika kehadirannya membuat Guanlin semakin membencinya. Namun Sanha mengancam, kalau tidak ikut, dia tidak akan merestui Yedam dengan Chungha.

Yah, apa boleh buat. Mau tak mau, Yedam menurut dengan Sanha.

Setelah mobilnya terparkir dengan rapi. Sanha langsung masuk ke dalam rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa seperti ingin menyampaikan hal penting. Yedam memutar bola matanya lalu mengejar Sanha dengan berjalan cepat.

Ketika sampai di depan ruangan Guanlin, Sanha berdiri sejenak di depan pintu. Memandang kedalam. Terlihat Daniel tengah berbincang dengan Guanlin. Namun reaksi mereka berdua berbeda. Daniel tampak serius, namun sebaliknya Guanlin malah tertawa kecil. Hal itu membuat Sanha penasaran apa yang dibicarakan Daniel yang terlihat tidak sedang bercanda namun membuat Guanlin tertawa.

"Bentar Dam"

"Kenapa?"

"Lo liat deh" Sanha menunjuk ke dalam. Arah mata Yedam menuju ke arah yang ditunjukkan Sanha dari balik pintu, "Suasananya keliatan serius" lanjut Sanha.

"Tapi Guanlin.."

Sanha menoleh, "Nah kan. Apa yang gue pikirin sama kayak Lo"

"Emang apaan?"

"Guanlin keliatan ngeremehin bang Daniel gitu" ujar Sanha.

"Bukan"

Sanha mengangkat satu alisnya, "Terus?"

"Guanlin.. keliatan bahagia tanpa gue"

Dengan spontan Sanha mendorong kepala Yedam hingga tubuhnya terdorong mundur selangkah.

"Yee gue kira apaan. Baperan Lo!" cibir Sanha.

"Aduh. Pusing gue" keluh Yedam sambil memegangi kepalanya.

"Lagian Lo normal kagak sih?"

"Sembarangan lo-"

"Udahlah. Mending kita masuk" sela Sanha lalu mulai membuka pintu kamar Guanlin dengan perlahan. Yedam menghela nafas lalu mengikuti Sanha yang masuk ke dalam ruangan.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang