RM: 44

362 54 1
                                    


Daniel bergeliat tidak nyaman di atas sofa di ruang rawat Guanlin. Ya, sejak semalam dia menemani adik kesayangannya itu. Meskipun dia hanya tidur-tiduran, karena Seongwoo yang mengajak Guanlin mengobrol.

Daniel mengerjapkan matanya. Hawa dingin AC di ruangan itu menyengat kulitnya. Mengingat Daniel hanya memakai T-shirt hitam.

"Eungh.."

Daniel melenguh lalu mengusap kedua matanya dan kembali mengerjapkan matanya. Badannya perlahan tegap, lalu kedua kakinya turun dari sofa itu.

Meskipun badannya sudah duduk tegap, namun sepertinya matanya susah untuk diajak memandang seisi ruangan ini.

Drrtt.. drrtt..

Dengan mata terpejam, Daniel menelusuri benda pipih yang bergetar di sofa yang ia tiduri. Tanpa melihat nama yang tertera di ponselnya, Daniel mengangkat telpon itu.

"Hm.."

"....."

"Siapa?" gumam Daniel.

"....."

"Oo.. Lo Woojin. Terus?" Daniel masih belum sadar siapa yang dia ajak bicara. Seketika matanya membulat.

"Apa!? Jin? Lo Woojin?" ucap Daniel agak berteriak lalu menutup mulutnya. Dia mengitari padangannya lalu menghela nafas. Ternyata Guanlin tidak ada diruangannya. Daniel menatap jam dinding di dinding atas ranjang Guanlin.

Udah jam sembilan. Nyenyak banget gue tidur, batin Daniel.

"....."

"A-apa?"

"....."

"I-iya gue balik sekarang" Daniel berdiri lalu meraih jaketnya yang digunakan sebagai bantal semalam, kemudian berjalan keluar ruangan.

=====

Daniel membuka pintu rumahnya dengan kasar.

"Jin!!"

Setelah melemparkan jaketnya ke sembarang arah, dia memasuki kamar Woojin.

"Jin?"

Woojin mendongak dengan mata berkaca-kaca sambil memeluk tubuhnya di samping ranjang. Daniel berlutut dan menatap Woojin iba.

"Nih. Gue bawa obat merah" ujar Daniel sambil menyodorkan sebuah tas kresek yang di dalam nya terdapat obat luka yang baru dia beli.

"Jin. Lo buka baju dulu"

Woojin menurut. Setelah bajunya dibuka, Daniel menutup mulutnya. Terdapat luka sabetan dan memar di sekujur tubuhnya.

"Jin. Lo gak papa kan? Yakin?" ucap Daniel memastikan. Woojin mengangguk lalu memposisikan dirinya membelakangi Daniel.

Daniel membuka obat merah itu dan di teteskan ke luka-luka yang terdapat di badan Woojin.

Woojin meringis dan mendengus ketika luka-lukanya mulai di obati.

"S-sakit bang"

"Iya iya. Tahan Jin"

"Bang Seong gak tau kan tentang ini?"

Daniel menghela nafas, "Nggak" ucapnya dan meneruskan mengobati Woojin.

Kini di kamar Woojin, sunyi. Hanya terdengar suara desis rasa sakit yang dialami Woojin.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang