RM: 45

429 58 3
                                    


Guanlin berdiam diri di atas kursi sambil menikmati udara pagi. Sengaja dia keluar sendirian menuju taman, dia tidak tega jika harus menganggu Daniel yang masih terlelap.

Matanya kemudian menyorot seorang pasien sepertinya, memakai kursi roda namun tangannya tidak di gips. Pasien itu sedang bergurau dengan seseorang yang menurutnya itu saudaranya. Dalam lubuk hati Guanlin, terselip rasa iri.

Bibirnya membentuk senyum tipis, "Kenapa gue iri liatnya? Padahal udah ada bang Seong. Perasaan gue ada yang aneh"

Guanlin menatap tangan kanannya yang di gips lalu memandang sekitarnya. Kemudian tangan kirinya memijat pelipisnya perlahan.

"Gue sebenernya kenapa? Pikiran gue kacau. Dikit-dikit sakit kepala. Bahkan banyak fakta baru yang bikin gue bingung" keluh Guanlin pada rumput yang bergoyang.

Seiring dengan waktu, tempat teduh Guanlin perlahan mulai terkena sinar matahari. Teringat dia berteduh di bawah pohon rindang. Ia mendongak dan menatap silau matahari itu, lalu dia memutuskan untuk kembali ke ruang rawatnya.

Tunggu, bagaimana cara dia kembali? Padahal dia hanya bisa menggunakan satu tangan?

Seperti saat dia berangkat menuju taman tadi, dia memanggil seorang suster yang kebetulan sudah ditugaskan oleh Mark untuk menjaga Guanlin. Suster itu menunggu Guanlin dari jauh karena Guanlin membutuhkan waktu untuk sendiri.

"Kembali ke kamar" ucap Guanlin. Suster itu mengangguk dan mulai mendorong kursi roda Guanlin memasuki rumah sakit.

Guanlin memandang sekitar sambil menikmati dorongan kursi roda itu. Lalu matanya menangkap seseorang yang baru keluar dari rumah sakit dengan tergesa-gesa.

Keningnya mengerinyit dan menatap fokus seseorang itu. Ternyata benar, "Daniel? Mau kemana dia buru-buru gitu"

Guanlin mengalihkan pandangannya menuju depan dan mengabaikan sosok Daniel.

"Mungkin aja Daniel lagi sibuk" gumamnya.

Guanlin dan suster itu memasuki lift yang khusus untuk pasien menuju lantai dua.

Ketika hendak masuk kedalam ruang rawatnya, seseorang keluar dari ruang tersebut sambil memasang raut wajah khawatir. Seseorang itu menghela nafas saat melihat Guanlin.

"Om cari kemana-mana, gak ada. Bikin panik aja" ujar Mark setengah khawatir.

Guanlin tersenyum, "Maaf om. Guan cuma mau keluar bentar"

"Mana Abang mu?" tanya Mark.

"Oh, bang Seong semalem bilang-"

"Kok Seongwoo? Daniel. Daniel mana?" ucap Mark di sela paniknya.

"D-daniel? Tadi dia buru-buru, gatau mau kemana"

Terlihat Mark tengah bergumam tidak jelas yang membuat Guanlin tidak mengerti.

"Yaudah. Kamu istirahat gih. Udah makan?" Guanlin menggeleng pelan, "Habis ini makan, di suapin suster. Dan mungkin nanti sore atau malam, mama papa kamu kesini buat jenguk kamu"

Mata Guanlin berbinar. Orang tuanya akan kemari menjenguknya. Sambil tersenyum ceria, Guanlin menganggukkan kepalanya.

"Makasih om"

"Om mau lanjut kerja. Kalo ada apa-apa bilang sama suster" Guanlin mengangguk. Mark tersenyum lalu mengacak rambut Guanlin kemudian melangkah pergi.

Di dorongnya pelan-pelan kursi roda Guanlin memasuki ruangnya. Sesampainya di ranjangnya, Guanlin naik ke atas ranjang di bantu oleh suster itu. Lalu menata posisinya hingga nyaman.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang