RM: 23

498 71 7
                                    


Guanlin masih terdiam. Matanya juga berkeliling. Terlihat Sanha tengah menepuk keningnya. Seongwoo menatap Guanlin dengan penasaran.

"Siapa Lin?"

"Abang janji jangan marah ya.."

Seongwoo mengangguk. Sanha terlihat menantikan hal ini. Guanlin menarik nafas untuk mengungkapkan sesuatu. Dia menatap lekat layar ponselnya itu.

"Tadi buku Guan.. diambil sama-"

"Lin"

Guanlin menghentikan kata-katanya dan menoleh ke arah suara. Seongwoo dan Sanha menghela nafas gemas. Kenapa harus ada kendala.

"Iya?"

"Lo dicariin sama pak Kai. Ditunggu dari tadi" ujar Bomin.

"Aduh iya. Gue lupa. Oke makasih" Bomin pergi dari hadapan Guanlin. Guanlin menatap kearah ponselnya sambil menata rambutnya.

"Bentar bang. San. Gue harus ke ruang guru. Bye"

Tanpa menunggu jawaban dari mereka, Guanlin mematikan vc group itu. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu beranjak menuju ruang guru.

Bagaimana dia bisa lupa dengan pak Kai. Jam istirahat pertama hampir selesai dan baru menemui pak Kai. Apa yang akan terjadi padanya nanti?

Tangannya bergerak untuk membuka pintu ruang guru. Dia memunculkan kepalanya terlebih dahulu. Langsung saja disambut berbagai tatapan sekilas dari guru-guru yang ada di sana. Mata Guanlin menangkap seseorang dengan memakai kacamata bulat dan style rambut ala orang kantoran sedang membaca buku.

Guanlin menghampirinya.

"Pak Kai. Maafin saya pak" Pak Kai mendongak lalu menutup buku yang beliau baca. Kemudian menatap Guanlin dan mempersilahkan dia duduk.

Pak Kai menghela nafas.

"Saya udah lama nunggu kamu. Dan sebentar lagi saya mau mengajar di kelas 11 ips 1"

"Maaf pak. Saya tadi belum sarapan. Dan saya nyempetin makan dulu. Pagi tadi saya cuma-"

"Ssttt.. saya gak nyuruh kamu curhat. Yang penting sekarang kamu sudah ada dihadapan saya"

"I-iya pak"

"Sebagai hukumannya. Kamu saya daftarkan ke olimpiade Fisika di Bandung"

"Apa? Kok fisika pak? Bapak kan ngajar matematika"

"Saya tau. Lagian di sekolah ini. Banyak yang ikut olimpiade matematika. Saya juga dapet info dari pak Kino kalau nilai Fisika kamu itu bagus"

"Tapi jangan saya lah pak. Kan ada Yuvin"

Pak Kai menaikkan kacamata nya yang sempat turun dari batang hidung.

"Yuvin udah ikut olimpiade kimia. Lagian yang ngadain itu UI. Lumayan kan kalo kamu ikut 10 besarnya"

Guanlin terdiam dan membayangkan kalau dia berhasil masuk 10 besar itu. Tentu orang tuanya bangga. Lagipula masuk UI bukan hal yang mudah.

"Lin. Bagaimana?"

"Boleh pak. Tapi kapan?"

"Dua bulan lagi. Jadi masih banyak waktu buat belajar"

Guanlin berfikir. Akhir-akhir ini dia banyak berfikir untuk menyelesaikan masalah persahabatan nya. Apakah bisa fokus?

"Boleh saya pikir-pikir dulu pak?"

"Boleh. Bisa nego. Kamu mau milih bersihin toilet sebulan atau ikut olimpiade ini?" Mata Guanlin terbelalak terkejut.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang