RM: 25

524 80 12
                                    


Pukul 3 sore, Daniel akhirnya pulang ke rumahnya tanpa kembali lagi ke rumah sakit karena Chungha sudah pulang. Dia menuju ke ruang tengah yang terdapat Woojin yang sedang minum es sambil menonton televisi. Dia merebahkan tubuhnya di samping Woojin.

"Gimana bang keadaan Chungha?" ucap Woojin disela minumnya.

"Udah baikan. Huft.." Daniel menghela nafas.

"Jin gimana nih?" Daniel menegakkan tubuhnya lalu menghadap Woojin.

"Gimana apanya bang?" Woojin menoleh lalu meletakkan minumannya di atas meja.

"Gue ditantang Yedam ntar malem"

"Ditantang?" Woojin pura-pura tidak mengetahui. Padahal dia yang merencanakannya. Dia memasang wajah serius seolah tidak tau apa-apa.

"Gila tuh anak! Beraninya nantang gue. Pake bawa-bawa Chungha lagi"

"Terus?"

"Ya gue ladenin lah. Dia bilang gue pengecut. Sembarang aja. Ntar malem di Epicsentral, dia ngajak balapan. Yang menang bakal dapetin Chungha"

"Gue doain Lo menang bang" ucapnya sambil menepuk bahu Daniel dan dibalas senyuman.

"Eh bang. Gue punya trik supaya Lo menang"

Mata Daniel berbinar, "Gimana?"

Woojin mendekatkan wajahnya ke telinga kiri Daniel lalu mulai membisikkan sesuatu. Ekspresi wajah Daniel terlihat serius saat mendengarkan rencana dari Woojin.

Tak lama kemudian, Woojin menjauhkan wajahnya lalu menyeringai.

"Gimana bang?"

"Boleh juga ide Lo. Bagus. Makasih Jin"

Akhirnya, gue gak sabar buat ntar malem, batin Woojin.

Daniel mengedarkan pandangannya. Dia tidak mendapat seseorang.

"Guanlin belum pulang?"

"Aelah bang. Ngapain ngurusin tu bocah. Kalo udah kelar urusannya bakal pulang dia. Gausah dicariin" celetuk Woojin lalu kembali meminum minumannya.

Daniel mengangguk-angguk dan mulai merebahkan dirinya kembali.

Selang beberapa lama, terdengar suara Guanlin memasuki rumah. Kemudian nampak sosok Guanlin berdiri sejenak di ruang tengah. Sepertinya dia memandangi Daniel yang sedang merebahkan tubuhnya sambil memejamkan matanya. Woojin menatap Guanlin begitu pula sebaliknya namun hanya sekilas. Guanlin mengabaikan tatapan dari Woojin  kemudian berjalan menuju ke kamarnya. Terdengar Guanlin mengunci pintu kamarnya, entah kenapa.

"Aneh tu anak"

Di dalam kamar, Guanlin melemparkan tasnya ke atas meja. Dia duduk termenung ditepi tempat tidurnya. Pikirannya kacau. Antara memikirkan olimpiade dan Yedam.

Dia tidak bisa fokus olimpiade kalau dia masih terbebani dengan memikirkan Yedam.

Kenapa tadi Yedam nangis? Kenapa dia nutup telfonnya tiba-tiba? Saat ini gue gak bisa memahami situasi. Antara seneng atau sedih. Seneng karena gue ikut olimpiade. Sedih karena masalah salah paham Yedam dan Sanha belum kelar, ini ketambahan Yedam nangis. Setau gue, Yedam itu orangnya kuat. Kalo dia sampek nangis, berarti ada masalah besar, batin Guanlin.

Dia menghela nafas dan mengusak rambutnya frustasi. Dia mengambil ponselnya lalu menekan beberapa tombol dan diletakkan di telinganya.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang