RM: 20

546 70 15
                                    


Mendengar namanya di sebut oleh Woojin, Guanlin melangkahkan kaki mendekati ruang tengah secara perlahan. Namun, rasa pusingnya tidak bisa diajak kompromi. Tiba-tiba saja rasa peningnya menyerangnya.

Langkahnya terhenti. Kedua tangannya memegang kepalanya dan memijatnya pelan. Guanlin meringis dan memejamkan mata untuk menahan rasa pusingnya.

"Awh" Guanlin berdesis. Kaki nya yang sebelumnya melangkah ke ruang tengah kini berbalik menuju dapur.

Dia mengurungkan niatnya yang ingin menguping pembicaraan Woojin. Sesampainya di dapur, dia segera merebus air dan menyiapkan gelas juga satu kantong teh yang dia masukkan ke dalam gelas itu. Tak lupa dia memberikan satu sendok makan gula.

Beberapa saat kemudian, airnya matang lalu di tuangkan di gelas yang berisikan sekantong teh itu. Dan mengaduknya.

Setelah teh panas sudah siap, dia membawa nya menuju kamar. Dia mengabaikan suara Woojin yang masih terdengar meskipun tidak jelas. Yang dia pedulikan kini kesehatannya.

Guanlin menaruh segelas teh panas di atas nakas. Kemudian dia duduk bersandar di tempat tidurnya sambil memijat pelan kepalanya yang katanya seperti ditusuk-tusuk.

"Kayaknya Woojin cuma pura-pura baik didepan gue. Gue bisa liat kalo dia akting. Sebenernya dia mau apa sama gue?" gumam Guanlin.

Badannya yang semula tegak lurus kini perlahan mulai merosot sampai dia memandang langit-langit kamar. Tangan kanannya masih setia memijat keningnya. Beberapa kali dia meringis untuk menahan sakitnya.

Guanlin melirik ke arah teh yang berada di sampingnya. Dia mendudukkan diri lalu mengambil segelas teh itu. Wajahnya mendekat ke arah gelas itu lalu menjulurkan lidahnya untuk merasakan, apakah masih panas atau tidak.

"Hah!" Spontan dia menaruh gelas itu diatas nakas lalu mengibaskan tangan didepan mulutnya. Rupanya masih panas. Lidahnya rasanya terbakar.

"Panas" keluh Guanlin yang menjulurkan lidah karena lidahnya hampir terbakar.

Guanlin mendengus, dia harus menunggu beberapa menit supaya teh itu menjadi hangat. Dia mengambil kipas angin kecil lalu diletakkan didepan teh itu. Sambil menunggu teh menjadi hangat, Guanlin mengambil ponselnya.

Matanya terbelalak ketika baru membuka layar ponselnya. Terdapat tiga video call tidak terjawab dari Seongwoo.

"Ha? Bang Seong? Kayaknya kangen banget sama gue" gumam Guanlin dengan kedua ujung bibirnya merekah.

Guanlin membuka ikon 'telepon' lalu menekan kontak Seongwoo. Namun, jarinya berhenti ketika hendak menekan menu 'video call'.

"Kalo gue nge-vc bang Seongwoo. Ntar dia tau kalo gue lagi sakit"

Guanlin menuju menu 'home' lalu menekan camera dan mengarahkan ke camera depan. Seolah dia sedang berkaca, dia juga menata rambutnya.

"Wah.. muka gue pucet juga. Besok aja gue nge-vc bang Seongwoo"

Setelah mematikan ponselnya, Guanlin meletakkan di atas nakas lalu meraih segelas teh yang mulai hangat. Dengan tenang dia menyeruput secara pelan.

Teh hangat mulai mengalir di tubuhnya. Guanlin menghela nafas. Dia memejamkan matanya dan merasakan sensasi teh hangat yang menghangatkan tubuhnya. Wajahnya yang semula pucat kini mulai cerah. Meskipun tubuhnya masih agak lemas. Ditaruhnya kembali teh itu di atas nakas dan mematikan kipas angin kecil.

Teringat kalau dia sekarang masih memakai seragam, dia bangkit lalu menuju lemari dan mengganti pakaiannya. Kemudian kembali ke tempat semula.

Drrtt.. drrtt..

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang