Extra Part

477 37 8
                                    


Kejadian dua tahun lalu sempat membuat Guanlin membunuh harapannya untuk melanjutkan kuliah di universitas favoritnya. Dia paham, semua yang di dunia ini sudah diatur oleh Yang Kuasa.

Dia diterima di Universitas Indonesia yang dia impikan.

Guanlin menghela nafasnya ketika memerhatikan dirinya di cermin. Sebentar lagi dia akan berangkat menuju upacara kelulusan.

Matanya memandangi postur tubuhnya yang beralih gagah dari sebelumnya. Insiden beberapa tahun lalu membuat Guanlin dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya semua orang sayang padanya. Hanya saja, dia sendiri yang menganggap bahwa hanya Seongwoo yang sayang padanya.

Ngomong-ngomong soal Seongwoo, kini dia menjalani magang di salah satu sekolah menengah. Menjadi guru bimbingan konseling disana. Ini yang dia harapkan, bertemu dengan anak-anak nakal yang suka melanggar peraturan sekolah. Lalu dia yang bertindak sebagai guru bimbingan konseling dengan tegas.

Soal Woojin. Guanlin hampir tidak pernah menyangka kalau lelaki itu pergi untuk selama-lamanya. Sepanjang hari dia menangis untuk Woojin. Bahkan setelah dia sehat wal afiat, sekalipun orang tuanya, Seongwoo dan Daniel melarangnya untuk ke pemakaman. Entah apa alasannya. Pernah dia hampir kabur untuk ke pemakaman namun ujung-ujungnya dia yang tersesat.

"Sayang, ayo berangkat" suara mama membuyarkan lamunan Guanlin. Dia segera menyahut lalu meraih tasnya. Lalu keluar kamar menuju mobil.

"Bang Daniel kemana ma?" tanya Guanlin. Pasalnya sejak kemarin Daniel tidak menampakkan dirinya dihadapan Guanlin.

"Mama juga gak tau. Tapi nanti habis upacara kelulusan. Ada kejutan buat kamu" ujar Sana untuk membuat Guanlin menambah semangatnya.

"Kejutan ma?"

"Iya" sahut Jackson sembari menyetir.

Bayangan-bayangan menyenangkan berada di pikirannya. Senyumnya terukir jelas.

Sesampainya di sekolah, dihalaman sudah ramai dengan kendaraan para wali murid. Setelah mobil terparkir, mereka turun dari mobil.

"Mama papa masuk aja dulu ke gedung sekolah. Ntar Guan nyusul" ujar Guanlin dan dibalas anggukan oleh kedua orang tuanya itu.

Guanlin merogoh ponselnya di tas. Dia tengah mengutak-atik ponselnya itu untuk menghubungi Yedam.

"Lo dimana?"

"Gue udah di dalem"

"Sama Sanha?"

"Sama papa gue. Kalo Sanha gak tau"

"Oke oke. Gue nyusul"
Tit.

Guanlin memasukkan ponselnya ke dalam tas.

Baru saja hendak melangkah, tiba-tiba dari belakang dia dipeluk seseorang. Dengan spontan dia menoleh.

"Eh tiang! Ngagetin aja!" pekik Guanlin karena terkejut. Seseorang itu adalah Sanha.

"Gue seneng banget"

"Kenapa?"

Sanha melepas pelukannya lalu ikut berjalan sejajar dengan Guanlin.

"Papa gue. Akhirnya nemenin gue. Seneng banget. Rasanya gue kayak punya orang tua beneran"

"Ah ngaco Lo"

"Beneran. Sumpah"

Lalu mereka berdua tertawa seraya berjalan masuk ke dalam gedung sekolah.

Beberapa saat kemudian, acara dimulai. Mulai dari sambutan-sambutan kepala sekolah, ketua osis, guru matematika, guru biologi, guru BK dll. Tidak, tidak hanya bercanda. Lagipula siapa yang mau menunggu sambutan guru-guru sebanyak itu. Kemudian di lanjut dengan pemberian hadiah kepada siswa berprestasi.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang