RM: 11

761 81 17
                                    


Daniel merasa agak sakit di bagian dada. Dia bangun dengan bertumpu siku. Tangan kiri nya memegang dadanya berusaha menahan rasa sakit. Nafasnya terengah-engah.

Dia melihat Chungha yang menatap tajam Yedam yang berdiri tak jauh dari nya. Tak lama kemudian, Yedam mendekati Chungha.

Daniel langsung bangkit dan menghampiri Chungha. Lalu digenggam tangan Chungha erat-erat.

"Mau apa Lo?" tanya Daniel lalu menyeret pelan Chungha agar berada di balik punggungnya.

"Lo siapanya Niel? Gue cowoknya Chungha" ucap Yedam. Daniel melirik sekilas ke Chungha. Terlihat dia setengah ketakutan.

"Haha" Daniel tertawa remeh. Yedam menguatkan kepalan tangannya. Dia merasa diremehkan.

"Lo itu masih bayi! Tau apa Lo soal Chungha? Mending Lo sekarang sekolah" Daniel melihat ke jam besar yang berada di atas gerbang kampus, "7 menit lagi terlambat Lo!"

Yedam kini hanya bisa menatap tajam ke arah Daniel. Nafasnya memburu. Dia tengah menahan amarahnya.

"Tunggu aja pembalasan gue" ucap Yedam sambil meludah ke arah samping. Dia segera menuju motornya yang diparkir tak jauh dari nya. Lalu dengan cepat dia melaju pergi.

Daniel melihat Yedam sudah tidak terlihat lagi, dia berbalik. Lalu perlahan memeluk tubuh Chungha yang setengah ketakutan itu.

"Ada gue disini" ucap Daniel dengan lembut. Bahkan suara ini belum pernah keluar untuk Guanlin.

Chungha terlihat seperti menahan air matanya.

"Keluarin aja air mata Lo. Jangan ditahan. Nanti malah sakit" ujar Daniel.

Mendengar itu, Chungha mulai mengeluarkan air matanya perlahan. Kemeja Daniel mulai basah.

Daniel melihat sekitar, dia merasa orang-orang yang lewat memerhatikannya.

"Kita masuk dulu" ucap Daniel lalu menjauhkan Chungha dari tubuhnya lalu dirangkul dan membawanya masuk ke dalam kampus.

Meskipun hari ini kelas mereka siang. Chungha selalu berangkat pagi. Dia menghabiskan waktu di perpustakaan kampus. Itu alasan Daniel ikut menumpang di mobil Sanha. Sebenarnya, dia bangun pagi karena hendak menghadang Yedam di tengah jalan dan menghabisinya. Namun niat itu terlupakan karena Chungha.

Daniel membawa Chungha menuju perpustakaan kampus.

"Daniel? Tumben ke perpustakaan?" tanya petugas perpustakaan yang terheran-heran. Baru kali ini Daniel menginjakkan kaki di perpustakaan. Ya dulu pernah, itu pun dosen atau Chungha yang menyuruh.

"Iya" balas singkat Daniel lalu berjalan melewati petugas perpustakaan menuju bangku perpustakaan yang berada di bagian barat. Itu tempat yang lumayan sepi, jarang di lewati karena di sana hanya ada rak buku tentang 'Majalah Bobo'. Lagipula mereka sudah kuliah. Kenapa masih ada majalah seperti itu.

Petugas perpustakaan hanya menjawab "Untuk memenuhi rak saja"

Memang banyak rak kosong disini. Tapi kan bisa diisi dengan buku-buku yang sepadan dengan anak kuliahan. Sudahlah, biar petugas perpustakaan yang mengatur perpustakaan ini.

Daniel mendudukkan Chungha di bangku. Chungha terlihat sedih. Dia hanya menunduk. Daniel duduk di sampingnya, sambil mengusap kepalanya pelan.

"Udah lah. Masa dari tadi nangis Mulu" ujar Daniel menghibur. Memang dia yang menyuruh Chungha menangis, tapi ini sudah lama sejak mereka dari gerbang kampus.

"Gu-gue takut Niel" ucap Chungha ditengah terisaknya.

"Ssttt ada gue disini. Gue selalu ada buat Lo. Gue gak akan pernah biarin Yedam deketin Lo lagi" balas Daniel.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang