RM: 40

482 65 13
                                    


Guanlin menatap Yedam dan Daniel yang mulai mendekatinya. Yedam mengecek keadaan Guanlin dengan melihatnya dari atas ke bawah.

"Lin Lo gak papa kan?" ucap Yedam lalu meletakkan tangannya di bahu kanan Guanlin.

Guanlin tidak menjawab. Dia menggertakkan giginya. Tangan kirinya menepis tangan Yedam yang berada di bahunya.

Daniel terkejut.

"Lin" lirih Daniel.

Seketika Guanlin merasakan pusing di kepalanya. Bahkan sampai tangan kirinya itu menyangga kepalanya. Daniel dan Yedam khawatir.

Guanlin memejamkan matanya sambil meringis menahan sakitnya.

Di pikirannya saat ini, terbesit sesuatu. Melihat Yedam memukul Woojin tadi, membuatnya mengingat sesuatu namun samar.

Mulut Guanlin berdesis karena sakit itu. Tanpa aba-aba, Daniel langsung meraih kursi roda Guanlin dan mendorongnya menuju IGD.

Yedam memandang Daniel dan Guanlin yang semakin menjauh lalu menatap tajam ke arah Woojin yang terduduk di atas bangku sambil meminum segelas air yang diberikan oleh pemilik kantin disana.

"Maaf sudah mengganggu ketenangan disini. Saya akan selesaikan masalah ini ditempat lain" ujar Yedam dengan lembut hingga membuat orang-orang yang ada disana mengangguk-angguk. Kemudian dia melangkah mendekati Woojin dan menarik kerah jaket bagian belakang, seolah sedang membawa anak kucing yang diapit lehernya.

Woojin yang tengah minum itu tersedak lalu meletakkan gelas yang airnya tinggal setengah di atas meja. Orang-orang disana bingung sebenarnya apa yang terjadi. Untung saja mereka bodoamat. Jadi masalah ini tidak terlalu serius bagi mereka.

Yedam membawa Woojin entah kemana. Kalau dilihat, sepanjang perjalanan memang memalukan. Karena di jalan Woojin menurut jika kerah bagian belakangnya ditarik oleh Yedam.

Tak lama kemudian, Yedam berhenti di area lapangan yang berada diluar rumah sakit. Kemudian dihempaskan tubuh Woojin ke tanah lalu tersungkur.

Woojin terbatuk-batuk dan setengah berbaring dengan disangga siku kanannya sambil menatap Yedam.

"Lo kenapa sih!?"

"Lo yang kenapa! Lo ngapain taruh racun segala!" ujar Yedam yang asal ngomong tanpa tau yang sebenarnya.

Woojin merasa tidak terima. Dari hati kecil Woojin, ingin berubah menjadi yang lebih baik dan ingin melupakan dendam yang selama ini dia pendam.  Mendengar ucapan Yedam, ingin rasanya dia habisi supaya tidak ada yang akan membuatnya khilaf dengan niatnya.

Woojin berdiri.

"Kalo Lo gak tau yang sebenarnya, gak usah bacot!" ucap Woojin lalu mempersiapkan ancang-ancang untuk memukuli Yedam.

Yedam tertawa kecil, "Jadi Lo mau bertengkar? Huh!" dia juga menyiapkan ancang-ancang.

"Kalo bisa dengan baku hantam. Kenapa harus damai" ucap Woojin sambil mencolek hidungnya dengan ibu jarinya seperti Bruce Lee.

Mereka berdua mulai saling mendekat lalu saling mengangkat kedua tangannya.

Bugh!

=====

Di sepanjang menuju IGD, Guanlin hanya bisa bergumam tidak jelas sambil memegang kepalanya dengan tangan kirinya. Daniel yang melihat itu semakin panik. Saking paniknya dia sampai hampir memasuki ruang jenazah. Untung saja, ketika hampir masuk, dia melihat ke atas pintu yang terdapat papan tulisan yang besar RUANG JENAZAH!!!

Sesampainya disana, bertepatan dengan seorang dokter yang menangani Guanlin.

"Dok. Guanlin" lirih Daniel dengan nafas terengah-engah. Dokter tersebut langsung menggiring Guanlin masuk ke dalam ruang IGD. Sedangkan Daniel menunggu diluar.

Remember Me! | NielGuan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang