02

9.8K 494 70
                                    

Hari telah berjalan seperti biasa, setelah PLS selama 3 hari akhirnya proses belajar-mengajar pun telah berjalan normal lagi. Dan disini lah kelas the cogan (panggilan anak-anak kepada Alan, Alex, Varo, dan Davi) di kelas 12 IPA 1. Mereka berempat duduk di pojokan, tempat yang paling strategis untuk tidur di kelas. Alex, Varo, dan Davi yang sedang bercanda membangunkan Alan dari tidurnya yang nyenyak. Memang  Alan kalau di sekolah lebih banyak tidur entah dikelas, di kantin, maupun di rooftoop. Dasar tukang molor!

"Berisik kali sih!" ucap Alan dengan nada kesalnya.

"Sorry lah abangku. Lagian lo disekolah tidur di rumah tidur gak capek apa mata lo itu taunya cuma indahnya mimpi-mimpi ae, gak tau indahnya masa depan lo yang ada di kenyataan. Coba lah jadi orang jangan pendiem gitu, Lan, sekali-kali sama kami becandaan jangan cuma gara-gara masalah 'itu' lo akhirnya jadi dingin kayak gini. Dimana Alan yang dulu suka becanda bareng? Dimana Alan yang dulu kerjaannya ngoceh? Jangan gara-gara masa lalu lo ngelupain masa depan yang lebih indah dan lebih cerah daripada masa lalu lo itu," ucap Alex dengan serius.

Dan inilah situasi yang paling Alan benci setelah kejadian 'itu'. Situasi dimana Alex yang ngungkit atau lebih tepatnya membandingkan sifat Alan yang dulu dengan yang sekarang. Memang Alan dingin seperti ini ada alasannya, bukan berarti dia dingin dari lahir. Semenjak kejadian 'itu' Alan yang dulu sifatnya sama dengan Alex menjadi Alan yang sifatnya tidak dikenali oleh mereka, Alan yang ketus, dingin, dan paling gak peduli sama yang namanya kaum cewek, padahal dulu itu dia paling suka dengan yang namanya kaum cewek.

"Ih, tumben lo serius, Lex? Biasanya otak lo itu cuma becandaan garing dan kriuk yang lucunya nauzubillah sampe-sampe kita gak bisa ketawa," ucap Davi untuk mencairkan suasana yang mulai tegang ini.

"Bangkek lah! Di pikiran gue itu isinya ada Rina, Rizka, Tia, Elsa, dan gue lupa 6 lagi nanti lah gue cek di catatan pacar gue," jawab Alex dengan cengengesan.

"Eee, si anjir!"

***

Sudah 2 Minggu mereka bersekolah seperti biasa, dan sudah ada 6 kali Alfa mereka di buku absensi siswa. Pagi ini lelaki SMA Galaksi pada bisik-bisik karena gosipnya akan ada murid baru di sekolah mereka yang katanya cewek pindahan dari Bandung.

"Lan, Lex katanya ada murid cewek baru ya? Kelas berapa? Masuk jurusan apa?" ucap Varo dengan hebohnya.

"Gak tau gak urus," jawab Alan dengan singkat.

"Bener tuh apa kata Alan, ehh, tapi kalau misalnya murid barunya beneran cewek bisa nih dijadiin mangsa. Lumayan kemaren si Riska udah gue putusin," jawab Alex dengan senyum yang mengembang.

"Lo mah kapan sih bisa setia sama satu cewek aja, Lex?" tanya Davi dengan wajah bingung.

"Gue takutnya kalau cuma sama satu cewek malah dihianatin lagi," ucap Alex seperti menyindir seseorang.

"Iyakan mendingan banyain cewek jadi kalau misalnya diputusin masih banyak cadangannya, hehehehe," ucap Varo dengan cengengesan.

Bel tanda masuk pun berbunyi. Mereka berempat akan masuk kelas karena kalau tidak mereka akan dilaporkan kepada orang tua mereka. Mereka tidak akan dikeluarkan dari sekolah karena apa? Karena keluarga Lemos (keluarga the twins) adalah yang punya sekolah dan keluarganya Varo dan Davi adalah penyumbang dana terbesar di sekolah itu.

Setelah sampai mereka pun duduk ditempat masing-masing, Alex dengan Alan di paling belakang dan didepannya ada Varo dan Davi. Bu Wulan selaku wali kelas mereka pun masuk karena ini jadwalnya pembinaan wali kelas. Ditengah-tengah wali kelas itu menjelaskan kondisi kelas yang cukup berisik datang lah kepala sekolah.

BAD TWINS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang