58

2.4K 90 3
                                    

Alan mengemudikan mobilnya hanya dengan satu tangan, tangan lainnya ia gunakan untuk menekan luka Fina agar darahnya tidak tambah keluar.

"Na, kamu jangan nutup mata kamu," ucap Alan sambil sesekali melihat ke arah Fina yang mukanya memucat.

"Na, please jangan tutup mata kamu sayang, ini bentar lagi udah sampai," Fina membuka sedikit matanya dan tersenyum tipis ke arah Alan. Setidaknya saat ini Alan masih bisa menghela nafas sedikit lega karena Fina yang masih bisa membuka matanya.

Mobil yang dikendarai Alan sampai di depan pintu UGD, perawat yang ada di situ langsung berdiri dan menyiapkan brankar. Alan membuka seat belt nya dengan terburu-buru dan langsung menggendong Fina.

"Tolong langsung ditangani!" tegas Alan, mereka semua langsung mengangguk.

"Dan jangan lupakan dengan dokter Hadi dan dokter wa-"

"Maaf mas Alan kedua dokter itu lagi nanganin mas Alex," Alan awalnya ingin marah kepada perawat yang sudah memotong ucapannya itu tetapi setelah mendengar alasannya Alan langsung terduduk lemas di lantai rumah sakit.

"Terserah yang penting carikan dokter terbaik," perawat itu semua langsung mengangguk dan membawa Fina ke ruang perawatan. Alan berjalan cepat ke arah resepsionis rumah sakit.

"Mbak," resepsionis yang awalnya sedang sibuk dengan komputernya langsung terlonjak kaget mendengar suara Alan itu.

"Eh mas Alan kok gak sama Bu Anita?"

"Itu yang mau saya tanya ruangan Alex dimana?" perempuan itu langsung kaget karena Alan seperti membentaknya.

"Tadi di ruang UGD mas tapi sekarang sudah dipindah ke ruang VVVIP," tanpa mengucapkan terima kasih Alan langsung pergi dan berlari ke arah lift untuk menuju ke ruangan VVVIP itu, ruangan khusus bagi anggota keluarga Lemos yang sakit.

"Alex," gumam Alan saat membuka pintu ruangan itu, ia melihat kembarannya yang sedang tertidur dengan alat yang entah Alan tidak tau namanya. Apakah kalian bertanya Alan tidak merasakan apapun saat Alex berada disini? Alan merasakannya bahkan sebelum ia berangkat dari sekolah untuk menuju ke apartemen Amel, ia merasa pasti ada sesuatu yang akan terjadi tetapi Alan buru-buru menepis pemikiran itu.

"Sayang," panggilan Anita itu tidak ditanggapi Alan, Alan sibuk melihat ke arah kembarannya dan langsung duduk di tepi kasur Alex.

"Lo kenapa bisa sampai kayak gini Lex?" tanya Alan lirih ia tidak memperdulikan Salsa yang masih menggenggam tangan Alex. Salsa yang merasa tidak enak langsung menjauh dan duduk di sofa bersama Anita.

"Dia tadi mau nyusulin kamu karena dia takut kamu kayak dulu lagi tapi ternyata sekarang dia yang kayak kamu. Dia ngebut untuk ngejar kamu, Lan," Anita berucap dari tempat duduknya. Alan menatap bersalah kepada Anita dan Alex.

"Maafin gue Lex," lirih Alan sambil menatap Alex dengan rasa bersalahnya.

"Lan Fina mana?" ucapan Salsa langsung membuat Alan sadar.

"Fina," gumam Alan setelah itu Alan langsung terduduk lemas di lantai samping brankar Alex. Anita dan Salsa yang bingung langsung berlari dan membantu Alan berdiri.

"Kenapa?" Anita bertanya sambil memapah Alan menuju sofa.

"Fina di UGD ma, dia ketusuk karena mau ngelindungi Alan," lirih Alan, Alan langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Ma Alan ke bawah dulu," tanpa mendengarkan jawaban Alan langsung berlari untuk melihat keadaan Fina.

"Lan gue ikut," Salsa pun ikut-ikutan berlari mengejar Alan itu. Mereka berdua langsung berjalan ke arah ruang UGD. Tepat sekali saat dokter Irda keluar dari ruangan itu.

BAD TWINS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang