"Itu Fina ke-"
Brakkk...
Pandangan semua orang langsung tertuju kepada pintu yang dibuka secara kasar itu.
"Fina," satu hal yang membuat Indah kaget saat membuka pintu ruangan itu. Satu titik fokus yang membuat Indah mengabaikan segala hal yang ada di ruangan itu. Putrinya, putrinya yang paling ia sayangi terbaring di brankar rumah sakit dengan alat-alat kedokteran itu, yang Indah tau namanya hanya infus dan selang untuk membantu pernafasan.
"Fina kamu kenapa sayang?" Indah berjalan mendekat ke arah brankar Fina dengan terus bergumam seperti itu.
"Ma-" ucapan Alan langsung dipotong oleh bekapan tangan mamanya.
"Biarin dulu mama indah nengoin Fina dulu," Alan hanya mengangguk dan Anita pun melepaskan bekapannya.
Sampai disamping brankar Fina Indah langsung mengelus pipi putrinya.
"Kamu kenapa sayang?" Indah terus bergumam di samping telinga Fina.
"Ma maafin Alan," Alan sudah tidak kuat untuk diam sedari tadi, ia sakit melihat Indah yang seperti itu, semuanya salah gue!!
Indah membalikkan tubuhnya dan langsung berhadapan dengan wajah Alan yang dialiri air mata. Indah ingin langsung memaki, mencakar atau bahkan menendang Alan tapi ia sadar disini ia belum tau permasalahan apa yang membuat putrinya sampai di rumah sakit.
"Kenapa sama Fina Lan?" Indah berkata dengan pelan.
"Ndah, ngobrolnya sambil duduk aja biar enak," Indah mengalihkan tatapannya ke arah Anita. Indah dan Anita memang sudah mengenal bahkan sebelum anak mereka berpacaran karena mereka sama-sama istri seorang pengusaha. Indah mengangguk dan berjalan ke arah sofa diikuti oleh Alan dan Anita sedangkan Salsa tetap duduk di samping brankar Alex karena menurutnya ia tidak memiliki hak untuk ikut campur.
"Mama, maafin Alan gak bisa jagain Fina," Alan menunduk dalam.
"Kenapa Fina bisa kayak gitu?" Tanya Indah dengan lirih. Indah mengedarkan pandangannya dan ia baru sadar bahwa ada brankar lain disamping brankar anaknya.
"Itu juga kenapa kembaran kamu?" tanya Indah menatap ke arah Alex.
"Semua salah Alan ma, semua!" Indah semakin tidak mengerti, Alan hanya mengatakan semua ini salahnya tetapi Alan tidak memberitahu apa penyebabnya.
"Jelasin sama mama sayang, kalau kamu cuma bilang kayak gitu terus gimana mama mau tau itu kesalahan kamu?" Alan menghembuskan nafas pelan.
"Fina kayak gitu karena ketusuk waktu ngelindungi Alan. Fina ditusuk sama mantan Alan yang saat itu pengen nusuk Alan ma. Alan gak tau dan tiba-tiba aja Fina udah didepan untuk ngelindungi Alan dari tusukan itu," mata Alan sudah berkaca-kaca saat menceritakan itu, ia ingat jelas bagaimana darah Fina keluar, ia ingat jelas bagaimana cara pisau itu menusuk perut Fina.
"Kenapa mantan kamu sampe kayak gitu?" Indah mencoba untuk sabar menghadapi ini, ia ingin mengorek lebih dalam agar ia tidak salah memilih keputusan.
"Alan juga heran ma kenapa dia pindah kesini karena Alan tau keluarga dia udah gak ada yang disini. Keterangan dari polisi tadi katanya Amel menderita sakit jiwa karena perusaan papanya yang udah bangkrut sama mamanya udah pergi ninggalin dia waktu papanya bangkrut," Alan berjalan ke depan tempat indah duduk dan langsung berlutut disana. Anita yang melihat itu meneteskan air matanya haru, baru kali ini ia melihat anaknya selemah itu gara-gara seorang perempuan.
"Maafin Alan ma karena gak bisa ngelindungi Fina, Alan tau posisi ini harusnya Alan yang ngelindungi Fina bukan Fina yang ngelindungi Alan. Sekali lagi maafin Alan ma," Indah terenyuh melihat ini, ia melihat seberapa besar rasa sayang seorang Alan kepada putrinya, ia melihat ketulusan Alan saat memandang Fina.
Indah mengelus rambut Alan dan mengangkat kepala Alan, "Bangun sayang."
Alan menggeleng, "Gak mau sebelum mama maafin Alan, Alan gak mau pisah sama Fina ma."
"Mama maafin kamu, ini bukan sepenuhnya kesalahan kamu, udah berdiri sayang," Alan menatap Indah tidak percaya, sebaik inikah calon mertua gue?
"Bangun jangan ngeliatin mama kayak gitu, mama udah maafin kamu," mendengar itu Alan langsung memeluk Indah.
"Makasih mama, makasih banget." Indah mengangguk.
"Udah lepasin pukulannya kasian mama kamu yang lagi nangis tuh," Alan melepas pelukannya dan menatap mamanya yang sedang menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Alan berjalan cepat dan berlutut di hadapan mamanya, "Alan minta maaf ya ma karena udah buat Alex jadi kayak gitu," ia menghapus air mata Anita.
"Mama sayang sama kamu," tanpa menjawab Alan Anita langsung memeluk putra sulungnya itu.
"Alan lebih sayang sama mama, maafin Alan sekali lagi ma," Anita melepas pelukannya dan mencium kedua pipi Alan.
"Udah ih jangan melow kayak gini kamu gak nengok Alex nahan tawa itu loh," Alan mengerjapkan matanya dan menatap kembarannya yang menutup mulutnya untuk menahan tawa karena baru sekali ini Alex melihatnya menangis.
"Kembaran gue ternyata bisa nangis juga ya," Alan heran sendiri dengan Alex, kok bisa ya orang habis tabrakan malah tambah cerewet kayak gini? Apa otaknya geser ya?
"Bacot ah lo."
"Padahal dulu waktu diselingkuhi mantan gak nangis, sekarang gak putus sama Fina aja nangis," setelah itu Alex meringis mendapatkan jitakan dari Salsa.
"Ya itu tandanya Alan beneran sayang sama Fina, gak kayak sama mantannya itu. Bener kan Lan?" Alan mengangguk.
"Pacar Lo aja pinter masa Lo goblok sih?"
"Alan," peringatan mamanya sudah keluar, Alan memukul-mukul bibirnya karena keceplosan berkata seperti itu saat di depan mamanya.
"Sorry ma Alan khilaf," Alan meringis menatap mamanya yang masih ada di hadapannya ini. Alan berdiri dan berjalan ke brankar Fina.
"Fina yang aku takutin terhadap hubungan kita ternyata gak kejadian, cepet sembuh sayang," bisik Alan disamping telinga Fina dan entah kenapa tiba-tiba bola mata Fina bergerak seolah Fina sudah sadar dan merespon ucapan Alan, tapi tidak ada yang menyadari pergerakan bola mata Fina itu.
"Nit bentar ya aku mau ngasih tau Fino sama mas Nando dulu ya," Alan memandang Indah yang berbicara dengan mamanya itu.
"Ok."
"Lan," Alan memandang Salsa dan mengerutkan dahinya.
"Kalau bang Fino sampai tau habis Lo sama dia," Alan tersenyum masam.
"Gak pa-pa, apapun yang bakalan bang Fino lakuin gue terima karena ini memang kesalahan gue," Anita terenyuh, ia berjalan ke brankar Alex.
"Mama pulang dulu ya sayang Cia kata mbak rewel terus karena nyariin dua abangnya belum pulang. Nanti mama bawa Cia kesini sekalian ambilin baju kamu," Alex mengangguk, Anita mengecup dahi Alex.
"Cepet sembuh sayang," Alex tersenyum manis dan ganti mengecup pipi mamanya.
"Mama hati-hati nyetirnya," Anita mengangguk. Ia kemudian berjalan ke brankar Fina.
"Cepet sembuh sayang, cepet bangun, kami semua sayang sama kamu." Anita mengecup dahi Fina dengan kasih sayang,
"Mama pulang ya," Alan mengangguk.
"Hati-hati mama,"
"Cepet sembuh pujaan hatiku, aku gak mau hari-hariku tanpa kamu. Kamu bangun, kami semua disini menunggumu. Jangan pernah berusaha untuk ninggalin aku,"
TBC....
Warning!! Typo bertebaran...
Jangan lupa vote and comment...
Terima kasih yang udah mau baca dan votment cerita aku....16 Desember 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS [Selesai]
Teen FictionSaudara kembar yang berbeda sifat tetapi memiliki kenakalan yang sama? Itulah Alan Alfian Lemos dan Alex Alfian Lemos, saudara kembar yang perilakunya membuat orang geleng-geleng kepala melihatnya, saudara kembar yang dijuluki dengan 'BAD TWINS' ole...