"Halo Fina sayanggg," ucap seseorang sambil membelai lembut wajah Fina. Fina mengerang karena kepalanya pusing dan silau cahaya dari celah jendela itu langsung masuk ke retina matanya. Fina mengerjapkan matanya untuk melihat seseorang yang berada di hadapannya, seseorang dengan baju serba hitam dan tidak lupa masker dan topi hitam. Fina ingin berteriak dan memberontak tetapi baru ia sadari bahwa mulutnya terlakban dan kaki serta tangannya terikat di kursi kayu ini.
"Hmpp...hmppp..." Fina menggerakkan badannya agar ikatan di tangannya lepas.
"Kenapa Fina mau dilepas?" seketika tubuh Fina diam, ia kenal suara ini, suara yang beberapa hari belakangan ia selalu mendengarnya.
"Kenapa? Udah tau siapa gue?" tanya orang itu sinis sambil membuka topinya, rambut kecoklatan itu langsung tergerai indah dan menandakan bahwa ia adalah seorang wanita. Fina ingat kenapa saat ini ia ada di sini.
Flashback on....
Salsa dan Fina tengah berjalan dari toilet untuk menuju kelasnya. Mereka berdua sesekali tertawa karena lelucon yang dibuat Salsa,
"Fina, Salsa," Panggilan itu membuat langkah dan tawa mereka terhenti. Mereka berdua kompak menoleh ke arah samping dan menemukan Pak Billy, karena sibuk dengan tawanya mereka berdua tidak sadar bahwa ada guru di sebelah mereka. Setelah sadar mereka langsung menyalami Pak Billy.
"Maaf Pak kami tadi tidak melihat bapak, bapak kenapa manggil kami ya?" tanya Fina sopan.
"Ohh itu bapak boleh minta tolong?" tanya Pak Billy tetapi nada suaranya terdengar berharap,mau tidak mau Salsa dan Fina mengangguk.
"Kalian tapi ada guru yang masuk gak?" tanya Pak Billy memastikan.
"Enggak Pak, tadi Bu Reni gak masuk karena katanya ada urusan mendadak," jelas Salsa yang membuat Pak Billy langsung tersenyum.
"Bapak boleh minta tolong ambilkan bola basket di gudang ya," pinta Pak Billy.
"Ohhh siap Pak, nanti kami antar kemana?" tanya Fina.
"Ke kelas 10 Bahasa 4, mereka tadi udah bapak suruh tetapi mereka tidak ada yang berani karena katanya ruangan itu paling pojok sekolah jadi sepi dan biasa ada anak-anak nakal disitu. Karena mereka masih adik kelas jadi mereka takut, kalian gak pa-pa kan ngambilin bola itu? Bapak mau ambil tetapi bapak dipanggil kepala sekolah," jelas Pak Billy gak enak. Fina dan Salsa mengangguk mendengarnya.
"Gak pa-pa kok Pak."
"Ya udah makasih ya, kalian memang murid yang baik dan teladan. Nanti tolong langsung dibawa ke kelas 10 Bahasa 4 ya."
"Siap Pak," setelah mendengar itu Pak Billy langsung pergi dari hadapan Fina dan Salsa.
"Yok lah," ajak Fina sambil menyeret Salsa.
"Fina anjir gue bukan kambing yang ditarik-tarik nyet!" umpat Salsa sambil menepis tangan Fina yang sedari tadi menyeretnya, Fina yang mendengar itu hanya cengengesan saja.
"Anjir ini ruangan udah gak dibuka berapa tahun sih kok debunya dimana-mana gini?" kesal Salsa saat membuka pintu ruangan itu.
"Bising ae lo, udah lah cepet masuk biar kita gak mati karena debu disini," ucap Fina lalu masuk ke gudang.
"Fin!" teriak Salsa karena gudang itu gelap, ia mencoba untuk mencari saklar lampu disekitarnya.
"Lo gila njir, udah tau ruangan gelap gak dihidupinya lagi lampunya," teriak Salsa lagi tetapi Fina belum ada menjawab juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS [Selesai]
Teen FictionSaudara kembar yang berbeda sifat tetapi memiliki kenakalan yang sama? Itulah Alan Alfian Lemos dan Alex Alfian Lemos, saudara kembar yang perilakunya membuat orang geleng-geleng kepala melihatnya, saudara kembar yang dijuluki dengan 'BAD TWINS' ole...