53

2.2K 82 4
                                    

"Dyba," panggil seseorang dari arah belakang Fina. Fina menatap orang itu dari cermin dan ternyata Amel. Hanya ada mereka berdua saja yang ada di dalam toilet ini. Fina sebenarnya agak trauma karena kejadian dengan Karin dan Dania yang lalu. Amel berjalan mendekat ke arah Fina dengan senyum manisnya, Dyba pun tersenyum manis untuk membalas senyuman Amel itu.

"Kenapa manggil Mel?" Tanya Fina,

"Lo udah berapa bulan pacaran sama Alan? Kok kayaknya masih langgeng, masih anget gitu?" Amel malah bertanya balik ke Fina dengan masih mempertahankam senyum manisnya.

"5 bulan lebih sedikit, kenapa emangnya Mel?" Fina bingung dengan pertanyaan Fina itu. Apa yang ada di pikiran Amel saat ini?

"Oalah lama juga ya Alan pura-pura move on sama gue," Amel terkekeh pelan seperti mengejek Fina.

"Ha?" Sumpah, saat ini Fina bener-bener gak mudeng sama yang diomongin Amel.

"Iya, lama juga Alan jadiin Lo sebagai pelarian waktu gue pergi," Amel memperjelas omongannya itu, Fina hampir saja menggeram marah.

'sabar Fin orang sabar disayang Tuhan,' batin Fina menyemangati dirinya sendiri.

"Bukannya Lo yang dulu gak bisa pacaran sama Alan ya?" Tanya Fina mulai tidak tahan dengan omongan kosong Amel itu.

"Lah mana ada, gue dulu pergi makannya Alan susah move on dari gue," sebenarnya Amel agak kaget mendengar ucapan Fina itu, tetapi ia bisa menjaga sikapnya supaya Fina tidak tau kalau dia kaget.

"Bullshit macam apa itu Mel? Lo pergi untuk jadi jalang?" Omongan Fina mulai pedas, Fina tidak tahan dengan tatapan dan ucapan Amel itu. Fina tidak segoblok itu Amelso.

"Heh jaga omongan Lo, Lo itu orang baru gak tau apa-apa tentang Alan, jangan mentang-mentang sekarang Lo jadi pacarnya Alan maksud gue pelariannya Alan Lo bisa ngomong aneh-aneh tentang gue!" teriak Amel,
Fina malah terkekeh mendengar itu.

"Kalau bukan jalang apa namanya orang yang gak bisa pacaran kalau cuma ciuman dahi sama pipi? Apa namanya? Kasih tau dulu sama gue biar gue gak ngatain Lo jalang terus," Ucap Fina santai.

"Lo bener-bener ya, gue bukan jalang yang ada Lo itu yang jalang, udah ngerebut pacar orang sembarangan," Tekan Amel.

"Siapa yang Lo sebut sebagai cerminan diri Lo sendiri?" Suara itu, suara yang sangat Amel kenali walaupun sudah dua tahun belakangan ia tidak mendengar suara itu, suara itu masih sama. Amel dan Fina langsung menatap seseorang itu dari kaca, wajah Amel langsung pucat, ia tau marahnya seorang Alan apabila pacarnya dikatakan 'jalang'. Ia tau gilanya Alan gimana apabila mendengar orang yang disayang dikatakan 'jalang'. Ia pernah merasakannya, tapi itu dulu.

"Lan jangan salah sangka dulu, aku gak ngomong Fina jalang kok," Amel langsung berjalan cepat ke arah Alan dan memegang tangan Alan, dengan cepat Alan menepisnya. Amel seakan tidak peduli dengan ucapan Alan sebelumnya.

"Gue denger semua kata-kata Lo, gue denger!!" Teriak Alan sambil mendorong Amel. Alan sedari tadi mendengar omongan Fina dan Amel mulai dari Amel yang memancing amarah Fina. Alan menyusul Fina karena takut apabila Fina mengalami hal yang sama seperti yang dilakukan Karin dan Dania, dan ia malah langsung dihadiahi omongan kedua perempuan ini. Alan memajukan tubuhnya dan mengunci tatapan mata Amel,

"Kenapa Lo balik lagi ke sini jalang?" Perih, sakit, hancur. Tiga kata yang menggambarkan perasaan Amel saat ini. Bagaimana tidak? Seseorang yang kalian sayangi mengatakan kalian seorang 'jalang'. Fina tidak mendekat ia malah menyenderkan tubuhnya di wastafel sambil melihat interaksi pacarnya dan mantan lelaki itu. Ia tau Alan tidak mungkin macem-macem.

BAD TWINS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang