6 | Vano, Cowok Dengan Mulut Super Pedas

12.4K 897 89
                                    

Bagian Empat.

Pernahkah sekali saja tersampir dibenakmu tentangku?Atau, pernahkah sekali saja otakmu tak sengaja memikirkanku?Aku hanya ingin tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernahkah sekali saja tersampir dibenakmu tentangku?
Atau, pernahkah sekali saja otakmu tak sengaja memikirkanku?
Aku hanya ingin tahu.
Agar aku bisa meraih puing-puing semangat yang runtuh akibat ucapan kasarmu.

__Prinsip Dila: Never give up until finish__



🦄

Malam minggu yang cerah, tapi tidak secerah hati seorang gadis yang hanya duduk termangu di atas meja belajarnya. Gadis itu bertopang dagu sambil memperhatikan langit malam.

Dila menghembuskan nafas untuk yang kesekian kali. Tadi, helaan nafas yang keberapa ya?

Ke sebelas atau ke dua belas?

Karna terlalu serius memperhatikan bintang dari kaca balkon kamarnya, Dila sampai lupa melanjutkan menghitung dia bernafas.

Ya, Dila emang nggak ada kerjaan. Kan jomblo, haha.

Capek bertopang dagu, gadis itu menidurkan kepalanya diatas meja. Baru saja ingin memejamkan mata. Suara Bundanya dari luar kamar membuat ia dengan berat hati melangkahkan kaki. "Iya, Bunda? Dedek mau tidur."

"Kamu udah mau tidur?" tanya Bulan heran. Ya, emang tumben-tumbenan si Dila tidur awal. Padahal baru jam 8. Biasa kan tidur jam 12 atau bahkan lewat jam 1. Bulan sudah hafal betul bagaimana sepak terjang anaknya yang hobi sekali begadang.

Dila hanya mengangguk. "Emang kenapa, Bun?" tanyanya saat melihat Bundanya tampak memakai baju formal. Mau ke luar kah?

"Bunda mau hadirin rapat sama kolega perusahaan Ayah kamu. Mau ikut?" tanya Bunda yang langsung dibalas gelengan kepala oleh gadis itu. Fyi, Bintang itu selain berprofesi sebagai arsitek. Dia juga mengemban amanat sebagai pewaris tunggal perusahaan milik almarhum Ayahnya, Genta Aldebaran.

"Dila capek."

Bulan menatap Dila heran. "Tapi kamu jadi sendirian di rumah. Abang kamu pergi juga, Dek." jarang-jarang sekali anaknya ini enggan ikut dan mau ditinggal sendirian.

Dila tetap menggeleng. "Nggak ah, Bun. Dila udah kapok pergi. Bosenin tau, Bun!"

"Yaudahlah, kalau nggak mau ikut. Bunda nggak maksa. Jaga rumah ya, Dek. Kalau mau pergi jangan lupa kunci pintu."

"Iya, Bun. Bunda perginya ati-ati juga ya,," ucap Dila sambil kembali menutup pintu kamarnya.

"Beneran nih?" tanya Bundanya masih terlihat sangsi. Karna ini adalah kali pertama Dila ditinggalkan di rumah sendirian, tepatnya pas malam hari.

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang