Bagian Tujuh Puluh Satu.
Przewalski & Senja Adila.
Apakah nanti nama itu yang tercetak di kartu undangan?
Jika iya, kalian sanggup membayangkannya? -Aku untuk kalian.•
•
•🌛
Sesuai dengan rencana Walski kemarin, kini mereka sudah siap untuk memulai petualangan. Lagipula, kebetulan hari ini adalah hari libur mereka setelah penelitian mereka kemarin. Jujur saja, Dila tak pernah merasa sebahagia ini. Ia tersenyum cerah. Sekali lagi menatap bayangan dirinya di cermin. Outfit yang ia pakai kali ini ialah baju dengan warna soft. Dan dipadukan t-shirt lengkap dengan blouse minimalis yang dipercantik dengan topi. Dan untuk bagian bawahnya ia memakai jeans hitam. Juga tak lupa sneakers putih kesayangannya.
Diluar Walski tak berhenti berteriak memanggilnya. Ia menggeleng pelan secepatnya mengambil tas selempangnya, ia bergegas keluar.
"Berisik! Kau bisa membangunkan senior pagi-pagi begini."
Walski tersenyum sumringah. Ia menatap Adila sekali lagi. Mengabaikan ucapan Dila barusan, ia segera menarik tangan cewek itu. "Salah kau sendiri, lama sekali."
Dila hanya mendengus. Berjalan mengikuti Walski yang sudah masuk ke lift. Didalam lift hanya ada mereka berdua.
Walski sekali lagi melirik Adila diam-diam. "Ngomong-ngomong, kau cantik hari ini." celetuknya membuat Adila menoleh.
"Baru sadar?" ejek Dila. "Dari kemarin-kemarin kau kemana saja??" sambung Dila, bermaksud bercanda. Walski hanya tergelak, tak membalas lagi kali ini.
Keduanya pun keluar dari lift, kemudian berjalan menuju parkiran. Dimana tempat ferrari Walski berada. By the way, Walski ini sebenarnya anak orang kaya. Kedua orangtuanya sama-sama CEO perusahaan berbeda di Inggris. Tak salah jika temannya ini hampir setiap hari bergonta-ganti kendaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Ficção Científica"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...