Bagian Lima Puluh Tujuh.
Aku sedang tidak baik-baik saja.
Ingin jeda sejenak tidak bisa.
Karna waktu terus berjalan tanpa mau kasih jeda. -Adila•
•
•🌛
Pening.
Dila merasakan nyeri di kepalanya. Sontak ia memegang kepalanya yang berdenyut. Sejenak ia merasakan sentuhan lembut dikepalanya. Dila refleks membuka mata. Sedikit memicing karna menyesuaikan dengan cahaya terang yang masuk ke ruangan putih yang ditempatinya. Tanpa bertanyapun, Dila bisa menebak dirinya sedang berada dimana.
"Alhamdulillah. Akhirnya, kamu siuman, Nak." ucap seseorang disampingnya. Dila menoleh. Melihat bundanya yang tengah menatapnya haru.
"Minum--Bun," ujarnya pelan, serak. Bulan langsung gercep mengambilkannya minuman.
"Pelan-pelan aja, Sayang." ucap Bulan sambil membantu putrinya minum. Ia memberikan bantalan agar Dila bisa bersandar dengan nyaman.
"Makasih, Bunda."
Dila mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tak ada siapapun kecuali bundanya yang menemaninya disini. Ia sendiri malah bingung kenapa ia bisa sampai terdampar di rumah sakit.
"Bunda, Vano--"
"Ssst--" Bulan memaksa dirinya berhenti bicara. "Pikirin kesehatan kamu dulu, Dek. Jangan mikir yang macem-macem."
"Tapi, Dila nggak kenapa-kenapa Bunda!"
"Dila nggak luka sama sekali kan? Dila baik-baik aja!" memikirkan kejadian yang baru ia lalui, Dila merasa takut luar biasa.
Bulan menggeleng, tak habis pikir. "Baik-baik aja?" tanyanya. "Pingsan tiga hari itu bisa disebut baik-baik aja?"
"Bunda bener-bener khawatir sama kamu, Dek. Kamu jangan gini. Jangan buat Bundamu ini takut."
"Hah?" Dila terperangah sesaat. "Tiga hari? Dila nggak sadarkan diri tiga hari, Bun?" tanyanya tak percaya.
Bulan mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...