Bagian Empat Puluh.
Jangan terlalu sering member8 perhatian.
Kasih juga jantungku jeda.
Aku takut bisa-bisa kena serangan jantung karna kejutanmu yang tak disangka-sangka. Dan nyaris diluar praduga. -Dila•
•
•🌛
Pagi-pagi sekali, Dila terlihat berlari tergopoh-gopoh menuruni tangga. Sang bunda yang tengah sibuk memasak di dapur, menatap punggung anak gadisnya, heran. Pasalnya, anak gadis satu-satunya itu tampak terlihat terburu-buru. Entah ingin melakukan apa. Piyamanya saja belum di ganti.
Bulan jadi penasaran. Jadi, setelah mematikan kompornya dan melepaskan spatula. Bulan bergegas menyusul Dila yang sudah nyampir di depan pintu rumah.
"Dek," panggil Bulan tatkala melihat anaknya terlihat sibuk menunduk sambil memicingkan mata. "Adek, cari apa?"
Dila sekilas melihat bundanya, sedikit terkejut lantaran tak sadar ada bundanya di belakang. Ia menggeleng pelan, "Dila nyari barang."
"Oh iya, bunda ada nemu barang nggak tadi pagi? Atau-atau ada orang nganter barang yang tadi ke sini nggak?" tanya Dila beruntun membuat sang ibu menatapnya bingung.
"Mana ada orang nganter barang pagi-pagi gini, Dek. Ada-ada aja kamu nih."
Dila menggaruk sebelah pipinya. Matanya masih berkeliling ingin memastikan jika memang 'barang' yang ditunggu-tunggunya belum datang.
Lagian, Dila sudah kepalang penasaran dengan kado yang Vano janjikan untuknya. Ia bahkan sampai termimpi-mimpi dibuatnya. Itulah sebabnya saat terbangun ia langsung bergegas menuju pintu.
"Hayo, nunggu barang dari siapa nih? Dari Vano?" tanya Bulan dengan nada yang sarat sekali tengah menggoda. "Berarti bener kata bunda, tuh muka adek merah."
Dila sontak memegang kedua pipinya. Sambil menggeleng, ia menjawab. "Mana ada! Bunda sok tau ah,"
Bulan menggeleng maklum. Anak gadisnya ini seperti dirinya sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Ciencia Ficción"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...