35 | Analogi Balon

6.1K 568 19
                                    

Bagian Tiga Puluh Tiga.

Hubungan itu sama kayak lagi megang balon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hubungan itu sama kayak lagi megang balon. Nggak boleh terlalu erat. Nggak boleh juga terlalu renggang.
Karna kalau erat, bisa meletus. Kalo renggang bisa terlepas.

Baru bener itu kalau megangnya pas. Nggak erat, nggak renggang. Supaya langgeng terus. :)

__Cara seorang Adila menatap dunia__



🌛

Kini Dila dan Vano tengah berada di taman pusat kota. Berjalan-jalan mengelilingi taman yang saat itu juga ramai-ramainya di padati orang. Dila -gadis hazel berponi itu- terlihat bahagia sekali. Sepanjang mereka berjalan tak hentinya ia tersenyum. Hari ini, tepatnya sore ini Dila amat sangat bahagia.

Pasalnya, saat mereka berjalan Vano senantiasa menggenggam tangannya. Tak membiarkan genggaman mereka terlepas. Ya, itu saja yang Vano lakukan. Tapi, berhasil membuat Dila bahagianya bukan main.

Karna, bagi Dila hal-hal kecil yang tak sadar cowok itu lakukan. Amat berpengaruh besar baginya. Salah satu contohnya ya sekarang. Dila tak bisa berhenti tersenyum.

Sebenarnya Dila sempat bertanya, lantaran ini kali pertamanya Vano mau menggenggam tangannya. Biasanya juga cowok itu lebih sering menarik paksa tangannya, atau bahkan menyeretnya. Ya, itu baru Vano banget.

Tapi alih-alih mendapat jawaban yang romantis, layaknya di film-film korea yang biasa Yasha dan ia tonton. Jawaban terkampret Vano lagi-lagi menjatuhkan Dila yang sempat melayang-layang di atas awan menjadi jatuh kembali ke bumi.

Kata Vano, "Ntar lo di culik begal. Gue males tanggung jawabnya."

Sulit dijabarin gimana keselnya jadi pacar cowok kampret satu ini.

Tapi, karna beralasan Dila itu udah biasa. Jadi ya, kata-kata Vano yang nyebelin udah biasa bagi Dila. Bahkan udah kayak makanannya sehari-hari.

Karna, Vano itu sehari aja nggak ngeluarin kata-kata pedes, nggak sah! Namanya juga Vano!

Dan terlepas dari semua itu, intinya Dila bahagia. Bahagia karna jarang sekali bahkan bisa di hitung pake jari, Vano mau berlaku lembut padanya begini.

"Vano! tunggu sini bentar."

Tanpa mendengar balasan dari Vano, Dila sudah melecit ke arah dimana anak-anak berkumpul mengelilingi seorang badut yang tengah membagi-bagikan balon. Dila menunggu semua anak-anak kecil itu pergi. Dan Vano melihat semua yang dilakukan Dila dari tempat ia berdiri.

Dengan suara khasnya badut itu berbicara pada Dila, setelah semua anak-anak sudah kebagian balon. "Mau balon juga?" tanya badut itu dengan suaranya yang lucu.

Dila tersenyum cerah, lantas mengangguk.

"Karna balonnya tinggal satu, jadi bapak kasi sama kamu. Gratis, hehe." badut itu tertawa kecil membuat Dila tak urung tertawa balik. "Nih,"

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang