Bagian Sembilan.
Menyukaimu sudah menjadi pilihanku.
Dikasarimu sudah menjadi resikoku.
Aku tak masalah dengan itu.
Hanya saja bisakah sedikit saja kau hargai usahaku?___Dila yang suka merecoki hidup Vano___
•
•
•🌛
"Bang, JJS yuk!" teriak Dila sambil mengedor pintu kamar abang kesayangannya, Riksa.
"Isss,! Abaaaang! Pura-pura nggak denger ya?"
"Aaa--"
"Kenapa?" ucap abangnya dengan muka ngantuknya. Dila sedikit melongo melihat penampilan abangnya. Berantakan.
"Abang tumben jam segini baru bangun? Udah sore loh, Bang."
Riksa menguap pelan, "Abang pulang sore tadi. Jalan-jalannya besok aja ya." Riksa berucap meminta pengertian agar adiknya itu mau menurutinya. "Abang, capek."
Dila memilin bibirnya sambil mengangguk-angguk ia berkata, "Yaudah deh. Dila pergi sendiri aja." ya, ia tau jika abangnya yang super sibuk itu pasti kelelahan dengan penuhnya rutinitas sekolahnya. Jadi, ia tidak terlalu memaksa.
"Jangan jauh-jauh."
"Hm. Dila pergi dulu, Bang."
"Udah pamit ke Bunda?" belum juga satu detik Dila berbalik abangnya sudah menodongnya dengan pertanyaan lain. Dila berbalik lagi, "Ini mau izin." jawabnya lalu beranjak pergi. Sedang Riksa kembali menutup pintu kamar.
Setelah meminta izin dengan Bulan, kini Dila sudah berjalan riang menyusuri kompleks perumahannya. Saat melewati taman yang disana juga terdapat beberapa permainan anak membuat Dila tak bisa tidak tersenyum. Apalagi mendengar tawa bahagia dan binar di mata anak-anak yang tengah senang-senangnya bermain. Melihat mereka membuat Dila kangen masa kecilnya dulu. Masa kecil dimana ia dan abangnya dulu bermain bersama disana.
Dila lantas kembali melanjutkan langkahnya. Matahari sebentar lagi akan terbenam dan Dila pun tak terasa sudah berjalan melewati kompleks rumahnya. Lalu tak sengaja matanya melihat kerumunan orang-orang disebrang trotoar tempat ia berpijak. Merasa penasaran, Dila berjalan mendekati kerumunan itu.
Untung Dila punya tubuh yang mungil, sehingga dengan mudah ia menyelinap masuk sampai ke barisan terdepan kerumunan orang yang tengah melingkar itu. Kebanyakan sih penontonnya cewek. Lantas, saat ia menatap kedepan, Dila dibuat terpukau dengan beberapa anak cowok yang mungkin beberapa seusianya tengah unjuk kebolehan bermain skateboard.
Melihat mereka yang seolah menari-nari diatas arena membuat Dila ikut terbawa suasana. Gadis itu ikut berteriak heboh sama seperti penonton lain sambil bertepuk tangan. Ia terbawa euforianya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...