Bagian Tujuh Puluh Empat.
Senang rasanya jika kamu masih seperhatian dulu.
Tak menyangka juga jika sedari dulu kau menjadi pelindungku.
Bukankah itu artinya kamu jodohku? _Adila.•
•
•🌛
"Bentar lagi boarding." Dila hanya menggeleng sama sekali tak melepaskan pelukannya pada pinggang pria itu. Dila bahkan tak peduli jika aksinya itu dilihat oleh orang-orang dan tentu saja dilihat oleh senior dan Walski.
Vano mendorong dahi kekasihnya dengan jari telunjuk. Dila spontan mendengus. "Apa siii?! Mau manja-manjaan sama kamu juga!"
"Ya, enggak di tempat umum juga." jujur Vano agak risih dilihat begitu oleh banyak orang. Ia tak suka jadi pusat perhatian.
"Makanya ikut aku!" sayangnya, kekasihnya ini tak peka sekali.
Vano menghela nafas, "Nanti setelah urusan gue selesai. Gue ke sana."
Dila menatapnya tajam. Refleks Vano menjitak kekasihnya itu. "Jangan ngilang-ngilang lagi!" rengeknya kemudian kembali melesakkan tubuhnya. Ia bergumam sewot. "Ngilang kok dijadiin hobi."
"Vano?"
"Hm."
"Nanti kalau aku kangen, aku nelpon kamu boleh?" tanya Dila minta izin. Tadi pagi saat berangkat menuju bandara Dila sudah meneror Vano untuk memberikan nomor ponselnya.
Vano mengangguk saja. Kedua iris berbedanya semakin membuat dirinya terlihat berbeda dari orang di sekitar.
"Tapi, tiap aku nelpon jarang tuh yang diangkat. Sesibuk itu ya,"
Vano tiba-tiba berdiri. Ia benar-benar tak tahan melihat beberapa pasang mata terang-terangan menatapnya.
"Nanti gue telpon." balas Vano final. "Masuk gih." titahnya lagi saat mendengar pengeras suara bandara mengatakan akan segera berangkat.
"Peluk dulu." oke, karna terlalu bucin Dila semakin tak bisa menahan perasaannya. Gadis itu semakin terlihat agresif saja.
Vano mengggeleng, tegas. "Sana." usirnya.
"Vanoo," Dila mencebikkan bibirnya, kesal. Kekasihnya ini tak peka sekali.
Dila akhirnya mengalah saat tatapan Vano menajam padanya. Ia menarik koper yang dipegang Vano sedari tadi. "Ish! Dasar psikopat enggak peka." umpatnya lantas berbalik pergi.
Baru juga beberapa langkah dirinya melangkah, sebuah tangan kekar menariknya membuat Dila kembali berbalik. Sepersekian detik berikutnya, netra hazel itu spontan melotot dengan apa yang dilakukan Vano selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Fiksi Ilmiah"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...