13 | NPO

8.7K 674 29
                                    

Bagian Sebelas.

Memiliki sahabat tak perlu banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memiliki sahabat tak perlu banyak.
Cukup yang mengerti dirimu luar dalam saja.
Yang saat kau tertimpa masalah,
Kau tak perlu banyak cerita.
Karna, tanpa diceritakan pun mereka paham sendiri tentangmu.

__Definisi sahabat versi Dila__



🌛

Sabtu sore yang cerah, turut membawa euforia bagi seorang gadis yang tengah sibuk di dalam sebuah kamar bernuansa alam miliknya.

Setelah mengikat tali sepatunya menjadi simpul kupu-kupu, Dila -gadis itu- kemudian menguatkan kepangan rambutnya yang tadi agak longgar. Menatap kembali tas ranselnya berusaha mengingat-ngingat lagi barang-barang apa saja yang belum ia masukkan.

Meong~

Fokus Dila buyar seketika kala mendengar suara peliharaan kesayangannya. Gadis itu berjongkok lantas mengusap bulu Aquila penuh gemas. Aquila sendiri sudah mendusel-dusel manja pada kakinya.

"Gue baru pulang besok sore, Qui. Lo jaga kamar gue ya." monolog gadis itu selalu. Ya, begitulah Dila. Ia menjadikan Aquila bukan hanya peliharaannya saja melainkan temannya. Gadis itu bahkan menjadikan Aquila, tempat curhat keduanya setelah Ruby.

Meong~

"Udah ya, Qui." katanya setelah beberapa saat Dila mengelus kucing kesayangannya. Gadis itu berdiri setelah mendengar bunyi klakson dua kali dari arah depan rumahnya. "Si Ruby udah jemput gue. Baik-baik lo." Dila dengan ransel besarnya berjalan kearah luar kamar, ia sempat melambaikan tangannya kearah Aquila yang terdiam ditempat sambil menatapnya.

"Bye, baby." sebelum benar-benar menutup pintu, Dila memberikan kecup jauh untuk Aquila. Sedang Aquila hanya terbengong-bengong memperhatikan tingkah majikannya.

Dila kemudian turun kelantai bawah menuju ruang keluarga, disana gadis itu melihat kedua orangtuanya tengah bercengkrama mesra di sofa sambil menonton televisi. "Bunda! Ayahh!" sapa gadis itu sambil memeluk kedua orangtuanya dari belakang.

Bulan menoleh kesamping, mendapati anaknya sudah berpakaian rapi tak lupa dengan tas ransel besar dipunggungnya. "Udah mau pergi?"

Dila mengangguk, "He-em. Dila pergi dulu ya Bun, Yah? Si Ruby kasian ntar nunggu lama. Oh iya! Dila titip Aquila ya, Bun. Jangan lupa kasih makan." cengirnya yang lantas diangguki Bulan.

"Kamu udah masukin bekalan yang Bunda siapin? Jangan lupa dimakan."

"Udah, Buuuun." selorohnya panjang, "Udah Dila masukin kok."

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang