18 | Efek Doppler

8.1K 631 5
                                    

Bagian Enam Belas.

Kini merecokimu sudah menjadi hobiku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kini merecokimu sudah menjadi hobiku.
Kau tak senang kah ada orang yang menjadikanmu prioritas?-Dila

Ibarat nih gue cahaya.
Lo frekuensinya.
Semakin gue mendekat.
Otak premium lo selalu bunyiin alarm bahaya.

_Dila yang selalu punya banyak stok gombalan receh_



🌛

Hari Rabu ini ia ada bimbingan sepulang sekolah terkait lomba OSN yang akan ia ikuti.

Dila sekarang tengah berada di perpustakaan bersama dua orang perempuan yang menjadi partner-nya dalam Olimpiade Biologi. Dila mengambil kursi yang menghadap kaca besar yang menampakkan pemandangan di taman depan sekolah. Sembari bibirnya terus tersenyum, ia menjadikan dua buku tebal miliknya sebagai penyangga kedua lengannya. Ia terus saja menatap kearah kaca transparan itu. Sedangkan kedua partner-nya sudah sedari tadi fokus membaca buku olimpiade mereka masing-masing.

Dinda yang kebetulan duduk didepan Dila, lantas menyenggol lengan Amel yang sedari tadi sibuk memahami materi berkenaan Transkripsi dan Translasi.

"Kenapa elah, Din? Gue lagi ngapal tau!"

Dinda tak begitu peduli. Ia lantas menunjuk lewat lirikan matanya kearah Dila yang dari tadi tak henti-hentinya tersenyum. Persis seperti orang yang sedang jatuh cinta. Amel menaikkan sebelah alisnya, didetik berikutnya Amel baru ngeh kemudian ia memanggil Dila.

Tak ada respon. Seolah apa yang dilihat Dila begitu memusatkan pikirannya hingga gadis itu tak peduli dengan sekitar. Amel menggeleng pelan kemudian menoleh lagi ke Dinda.

Dinda memberikan instruksi meminta agar Amel mengikutinya. Dan Amel menurut saja. Dinda mendekati sisi kanan Dila sedang Amel di sisi yang lainnya. Mereka ikut memperhatikan apa yang sedang Dila amati sejak beberapa menit yang lalu.

"Vano ganteng ya," celetukan Amel melihat arah pandang Dila sedari tadi. Membuat Dila yang mendengar suara Amel begitu dekat dengannya sontak menoleh.

Menatap heran kedua orang yang berada di sisinya. Dila mengerutkan kening, "Kenapa deh kalian berdua?"

Dinda yang lebih dulu memutuskan untuk mengalihkan pandangan dari empat orang yang berada di taman dibawah mereka.

"Lo ngeliat Vano sampai segitunya banget, Dila. Sampai-sampai Amel yang manggil nama lo. Lo nggak denger."

"Hah? Maaf deh," Dila kemudian membetulkan posisi duduknya. Diikuti dengan Dinda dan Amel yang kembali duduk ditempatnya semula. "kalian lagi bahas materi yang mana?" alih Dila. Dinda dan Amel pun mengatakan jika mereka tadinya sedang membahas materi sintesis protein lengkap dengan tahapan-tahapannya. Dila mengangguk-angguk. Kemudian ia membuka buku rangkumannya lantas membolak-balikan lembarannya sampai ke pada rangkuman tentang materi itu.

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang