Bagian Empat Puluh Satu.
Vano ngilang = Dila badmood
Dila bad mood = Dila nggak makan
Dila nggak makan = mati
___Pemikiran Ruby yang beralasan___
•
•
•🌛
Ini sudah terhitung hari ke-2 Vano pergi. Dan lagi-lagi cowok bermata biru itu tetap tidak memberi kabar apapun. Nihil.
Meskipun, kemarin Dila senang bukan main mendapat hadiah dari Vano. Yang berupa mozaik fotonya. Keren. Dan Dila benar-benar suka.
Tapi, tetap saja kehadiran cowok itu yang sebenar-sebenarnya Dila inginkan.
Intinya, Dila rindu itu saja.
Kini, Dila sedang berada di dalam kelas. Sendirian. Karna, jam sekarang sudah menunjukkan waktu istirahat. Dan tentu saja, semua teman sekelasnya sudah berhamburan keluar kelas. Tak luput juga Ruby. Meskipun tadi Ruby sempat mengajaknya ke kantin. Tapi, ia tolak.
Dila benar-benar tidak nafsu makan.
Dibolak-baliknya buku tebal biologi dengan tak minat. Bahkan untuk belajar biologi saja dia sudah tidak bersemangat. Dila langsung menghembuskan nafas panjang. Mengebrak meja lantas merogoh sakunya.
Dila benar-benar tak tahan.
Jarinya bergerak cepat men-dial nomor seseorang yang berada di barisan atas yang paling sering ia telpon.
Dila memejamkan mata sesaat. Berharap kali ini yang terdengar bukanlah suara operator. Lantas beberapa detik kemudian, Dila sontak menggeram.
"Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah beberapa saat lagi."
🌛
Hari ke-3.
"Jadi, kanker menunjukkan adanya kegagalan morfogenesis dan differensiasi normal. Sel yang normal sejatinya membelah diri dengan mengetahui berapa kecepatan membelah diri juga kapan berhenti---" ucap Bu Stella, salah satu guru biologi yang juga notabenenya guru favorit Dila.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...