66 | Perpisahan

5.4K 444 6
                                    

Bagian Enam Puluh Empat.

Perpisahan ada, bukan untuk ditangisi.
Tapi, dijadikan sebagai pendewasaan diri.
Agar suatu saat nanti, bisa
di pertemukan kembali.
Saat sama-sama sukses di masa depan.

___Sebuah Kisah Klasik Yang Pasti Dirindukan__



🌛

Dunia SMA sudah berakhir.

Dunia putih abu-abunya berakhir disini.

Tak terasa sudah banyak hal yang telah ia lalui.

Suka duka tentang cinta dan persahabatannya membuatnya sadar arti hidup sebenarnya.

Karna, lewat merekalah ia menemui cara pendewasaan diri.

"Untuk nilai tertinggi Ujian Nasional IPA SMA Rajawali diraih oleh, Senja Adila! Berikan tepuk tangan yang meriah untuk ananda kita!"

Senyum si gadis poni itu melengkung sempurna. Tiap langkah kakinya diiringi dengan tepuk tangan meriah dari sisi kanan kirinya.

Saat sudah sampai di podium, ia menatap semua orang yang duduk. Ia tersenyum manis kearah ayah, bundanya disana. Tak lupa, bang Riksa dan Raina yang duduk disamping kedua orangtuanya. Juga tersenyum cerah kearah para sahabatnya.

Ini, hari bahagianya.

"Sebelumnya, tak lupa banyak-banyak rasa syukur aku haturkan kepada Allah Swt. atas segala nikmatnya. Juga pada orang-orang terdekatku yang selalu ngasih aku support, semangat, serta dukungan. Tanpa kalian, aku enggak mungkin bisa berdiri disini. Perhargaan ini buat kalian semua. Sekali lagi, terima kasih." Dila menunduk sedikit.

Semua orang memberikan applause padanya. Setelah mendapatkan hadiah, Dila turun dari podium dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

Dila duduk ditempatnya, di samping Ruby. Beberapa temannya banyak yang memberinya selamat. Dila tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Diva dan Yasha yang duduk di kursi depan. Lantas, membalikkan tubuh mereka. "Selamatt, Dil! Masyaallah, the best lah lo pokoknya! Gue speechless tadi ngeliat lo disana." sahut Diva.

Yasha pun berkomentar heboh tak mau kalah. "Lo tadi diatas pentas keliatan kece, ho! Gue, sampe pangling."

Dila terkekeh, "Gue padahal gemetaran berdiri disana." kilahnya.

"Lo gemetaran aja tetep cans ya, Dil. Ah, iri gue." cibir Yasha.

"Sebenernya, masih cans ke gue sih." balas Diva. "Ye, nggak, Dil?"

"Lo, emang cantik, Div. Sayang, cinta lo bertepuk sebelah tangan."

"Hooo baguss, By! Lancarr!" Yasha disebelah Diva memberikan jempol pada Ruby. "Udah lama gue enggak ngeliat lo bully Didiv."

Rettha yang duduk disebelah kanan Diva hanya menggeleng sambil tersenyum. Dimana-mana Divanya ini selalu saja riuh.

"Entar lagi Davi nembak gue juga." ceplos Diva.

Yasha tergelak, "Masa siihh??" goda cewek tomboy itu.

"By, harus enggak nih kita bedua turun tangan?"

Ruby mengangguk, "Entar gue bagian yang manggil Davi."

"Ha! Nanti gue yang bagian nyeret si doi. Siapa tahu kan dia dipanggil enggak mau?"

"Ide yang bagus, Ya."

"Key, sip!"

"Apa sih lo bedua?!" kesal Diva. Gadis yang begitu cantik dengan mahkota emasnya itu, lalu berbalik badan kembali menghadap pentas.

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang