Bagian Lima Puluh Delapan.
Kenapa kau menghukumku dengan cara begini?
Seharusnya biarkan saja aku pergi.
Tanpa harus kau mengorbankan diri.
Tak tahukah sudah separah apa hati ini saat kau tinggal pergi?-Adila•
•
•🌛
"
Di--ngin ..." gumamnya sambil tetap memeluk erat tubuhnya sendiri.
Ia amat ketakutan.
Tidak ada bunda, ayah, juga abangnya.
Tidak ada satu orangpun yang menemaninya.
"Ila, takut ..." gumamnya pelan tanpa menghapus air matanya yang terus berlinang. Dibawah pancaran bulan dan bintang, air matanya seolah terlihat seperti mutiara. Berkilau.
Srek srek.
Mata gadis itu sontak mengarah pada asal suara. Sembari menahan kedinginan, ia menatap takut-takut pada semak belukar yang tampak bergerak-gerak. Semakin merapatkan tubuhnya ia juga tak henti berdoa didalam hati. Berharap yang keluar bukanlah binatang-binatang buas. Karna, tak menutup kemungkinan di hutan yang antah berantah ini pasti ada hewan buasnya.
Srek.
Suaranya semakin mendekat. Sontak gadis kecil itu menutup matanya erat. Kaki dan tangannya bergetar hebat lantaran tak mampu menahan rasa takut gadis itu.
Sungguh, ia amat sangat takut.
Didalam hati gadis itu berhitung lamat-lamat.
Tapi, sampai hitungan ke-8 ia tak merasakan apapun yang berpotensi menyakitinya. Bahkan ia tidak merasakan sakit sama sekali.
Jadi, dengan nyali yang ia berani-beranikan perlahan kelopak matanya terbuka. Lantas pemandangan pertama yang ia lihat adalah sepasang kaki seseorang.
Perlahan matanya bergerak ke atas dengan objek pandangan orang yang tengah berdiri sekitar satu meter darinya. Hanya saja, gadis kecil itu tak bisa melihat dengan jelas wajah seseorang di depannya ini.
Yang ia ingat hanyalah, fakta bahwa orang itu seorang bocah laki-laki.
🌛
Tring!
"Astaghfirullah!" Dila sontak bangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling lantas refleks menghela nafas. "Mimpi itu lagi," ujarnya, parau.
Pelan ia mengusap wajahnya yang dihiasi bulir-bulir keringat. Matanya memandang jam dinding yang sudah mengarah pada angka enam. Sudah pagi. Dan mengingat jika hari ini adalah hari dimana ia kembali masuk sekolah. Membuat Dila memaksakan dirinya untuk bangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...