26 | Luka Tersirat

7K 631 10
                                    

Bagian Dua Puluh Empat.

Watak keras hanyalah topeng untuk menutupi bahwa seseorang baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Watak keras hanyalah topeng untuk menutupi bahwa seseorang baik-baik saja.
Padahal, itu adalah tanda guratan luka akibat digores oleh seseorang yang dipercaya.

__Vano, yang mulai lelah__




🌛

Seorang gadis berambut panjang dengan ciri khas bando yang menghiasi rambutnya tampak penuh khidmat memakan hidangan didepannya. Gadis itu tampak sibuk sendiri dengan acara makannya. Dari mulai menghabiskan satu porsi bakso ukuran jumbo, dua puluh tusuk sate ayam, satu bungkus gado-gado, KFC, pizza, hotdog, sampai hamburger.

Yasha yang melihat cara makan Diva sontak menatap ngeri. "Lo kayak nggak pernah makan, Div!" sindirnya.

Diva sama sekali tak merespon. Gadis feminim itu malah sibuk mengunyah sepotong pizza sedangkan disebelah tangannya tengah memegang paha ayam.

Ruby yang berada di depan televisi kamar Dila, hanya melirik sekilas. Melihat Diva sebentar kemudian berkomentar. "Pantes Davi enggak mau sama lo, Div." ujarnya yang langsung mendapat perhatian penuh Diva dengan gaya mulut yang masih setia mengunyah.

"Lo makan kayak kerasukan gitu sih."

"Tau!" Yasha membalas ucapan Ruby. "Gendut baru tau rasa! Terus maksa-maksa gue bantuin dia jalanin program diet cari mati!"

Diva tampak kesusahan menelan makanannya, setelah meminum seteguk air ia menatap kedua sahabatnya geram. Ya, geram saja! Kenapa, mereka suka sekali membullynya.

"Emang," jedanya sesaat, bibirnya maju beberapa senti dengan wajah tertekuk. "Gue udah mulai gendut lagi?" tanyanya takut-takut.

Yasha dan Ruby tanpa aba-aba sontak mengangguk-ngangguk serempak. "Ck! Masa sih?" Diva menghentikan acara makannya sebentar, lalu berdiri dari sofa sambil memperhatikan tubuhnya dari atas sampai bawah.

"Kenapa, Div?" suara Dila membuat fokus Diva sedikit teralihkan. Gadis itu, menoleh kearah pemilik kamar yang tengah memegang sekotak yang sudah bisa dipastikan isinya donat!

Dila kan penggemar nomor satunya donat.

"Gue gendutan ya, Dil?" ujar Diva lagi-lagi dengan wajah tertekuk. Dengan bibir manyun beberapa senti. Dila menaikkan satu alisnya, lantas menatap Yasha yang mengendikkan bahu sedang Ruby masih fokus dengan adegan dimana pertemuan kedua tokoh utama itu dimulai. Sebenarnya, Ruby bukanlah maniak film seperti halnya Diva dan Dila. Hanya saja berhubung prolognya tadi menarik baginya, membuat Ruby lama kelamaan akhirnya larut dalam alur kisah itu.

Dila lantas kembali menatap Diva yang menatapnya memelas. Berharap jika Dila tidak mengatakan--"Hm. Agak gendutan." ujar Dila lempeng kemudian ikut duduk di sofa disamping Ruby. Dimana Yasha dan Diva memilih duduk di bawah karpet didepan meja yang sudah penuh beragam makanan.

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang