Bagian Enam Puluh Enam.
PS: Aku sedikit rese' disini gess :')
Aku sudah mengejar mimpiku.
Dan aku baru sadar kepergianmu sudah selama itu. -Senja Adila•
•
•🌳
Satu tahun berlalu,
Menjadi salah satu mahasiswi jurusan Ilmu Pengetahuan Murni dan Terapan tidak begitu buruk bagi Adila.
"Bagaimana, prof?" Dila senang bisa mendalami hal yang begitu ia sukai. Sehingga membuatnya betah kuliah disini.
Orang yang dipanggil profesor itu, sedari tadi fokus pada objek mikroskopnya. Sesekali ia mengubah lensa objektifnya menyesuaikan dengan objek yang sedang ia amati.
"Kamu meneliti apa?" tanyanya. Mendengar itu, Dila dengan semangat empat lima langsung menjelaskan tanpa banyak basa-basi.
"Alcanivorax borkumensis, prof! Dari awal, saya ingin mengulik lebih jauh lagi tentang bakteri ini. Terutama bakteri ini berpotensi bisa mengurangi pencemaran industri di laut."
"Melalui proses bioremediasi. Karena Alcanivorax borkumensis secara alami bisa memecah molekul minyak menjadi tidak berpolusi. Secara tidak langsung, itu akan membantu ekosistem untuk cepat pulih dari bencana tumpahan minyak. Dan juga proses Alcanivorax borkumensis dalam hal penggunaan untuk memecah minyak dapat dipercepat atau dibuat lebih efisien, itu kan bisa membantu memulihkan ekosistem laut, prof. Jadi, memungkinkan untuk kita bisa memproduksi polimer ramah lingkungan yang menggunakan Alcanivorax mutan."
"Setidaknya, tidak perlu menggunakan tenaga mekanik manusia. Bakteri ini bekerja secara alami untuk menyerap minyak. Tinggal kita bagaimana caranya, membuatnya bisa digunakan dengan lebih cepat dan efisien lagi. Bukankah itu bagus, prof?" ujar Dila meminta pendapat.
Profesor yang menjadi guru tetap Dila, terlihat mengangguk saja. Senyumnya tercetak diwajahnya yang tak lagi muda. "Saya selalu suka dengan kepeduliaanmu pada alam, Adila. Terus belajar dan kembangkan penelitianmu." Dila yang mendengarnya sontak tersenyum.
"Terima kasih, prof." ujarnya, kelewat senang.
"Tapi, terlepas dari itu," profesor mengambil hasil tes yang Dila kerjakan tadi. Lantas menaruhnya di template. "Ayo, kita makan."
"Ah, iya saya belum makan siang." ucap Dila baru menyadari sesuatu. Hal itu membuat profesornya menggeleng pelan. Anak didiknya ini memang memiliki kebiasaan buruk.
"Dan faktanya, ini sudah masuk waktunya makan malam, Adila."
Dila nyengir, menampakkan sederet gigi putih bersihnya. "Enggak sadar, prof."
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...