Bagian Enam Puluh Satu.
Jangan kau hukum aku dengan cara begini.
Jangan kau berlaku baik disaat ku sakiti.
Karna, jika saja kau tak menuruti kata hati.
Mungkin sekarang bukan kamu yang pergi. -Curahan hati Adila.•
•
•🌛
"Kamu pernah dengar dongeng bintang kembar nggak?"
"Aku bakal cerita kalau kamu berenti nangis."
"Mereka, bintang kembar yang sempurna. Tapi, salah satu diantara mereka harus rela berkorban untuk hidup bintang yang lain. Karna meskipun mereka sama."
"Tapi, tak selamanya mereka bisa sama-sama."
"Astaghfirullah!" Dila sontak membuka matanya. Ia bangun dari tidurnya. Menatap sekililingnya lagi, lantas kembali menghembuskan nafas berat.
Untuk kesekian kali, Dila mendapat mimpi yang sama lagi.
Dila menguap pelan, berusaha mengusir kantuk. Kemudian, ia melangkahkan kakinya menuju kamar kecil. Berniat membasuh mukanya, agar kewarasannya terjaga. Agar Dila tidak merasa jika dia semakin gila.
Dila menatap wajahnya yang basah, lewat cermin. Kantong matanya tampak kentara sekali. Lagi-lagi, Dila harus menyamarkan kantong hitamnya dengan alat makeup-nya lagi. Bahkan bibirnya pucat mirip orang sakit, pipinya pun sudah tak berisi lagi. Dila merasa dirinya seperti mayat hidup.
Ia menghembuskan nafas lagi, "Sampe kapan gue harus, pura-pura bahagia gini?"
🌛
Kau nyaris sempurna.
Menurutku, tak ada yang sedetail dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...