Bagian Tujuh Puluh Tiga.
Aku terlalu fokus untuk terus dekat denganmu.
Hingga lupa fakta jika kamu ternyata memiliki orang spesial di duniamu. -Prezwalski.•
•
•🌛
Dila sama sekali tak melepaskan pelukannya pada pria disampingnya ini. Seolah takut jika ia akan kehilangan pria ini lagi. Tidak boleh. Sudah cukup bertahun-tahun ini. Jangan ada tahun yang lain lagi.
"Lo peluk seerat itu, ntar gue mati." dibalik dada pria itu Dila tersenyum. Air matanya mulai mengering karna lelah.
Nyatanya selain hatinya, sikap pria ini juga tak berubah sama sekali.
Hati Dila perlahan namun pasti menghangat. "Lo, kemana aja. Gue kangen banget." lirih Dila tanpa melepas pelukannya.
"Lo kok diem aja?" Dila mendongakkan kepalanya. Matanya menatap penuh dalam pria didekapannya ini.
Ini nyaris seperti mimpi.
Dila tak tahu lagi harus dengan cara apa ia mengungkapkan rasa bahagianya.
Vano meliriknya, "Gue harus jawab apa?"
"Lo ninggalin gue!" ujarnya sembari memukul dada bidang laki-laki itu. "Lo ninggalin gue bertahun-tahun! Lo biarin gue nyaris jadi setengah gila karna mikir lo udah mati!"
Vano menatapnya, malas. "Gue belom mati."
"Gue benci sama elo! Gue benci karna meskipun lo pergi gue masih enggak bisa lupain elo! Elo jahat banget tau enggak?!"
Vano menarik kepala gadisnya untuk kembali bersandar didadanya. Karna lelah, Dila akhirnya berhenti memukul Vano. Ia lantas memeluk pria ini lagi masih setengah percaya. Kini keduanya duduk di bangku panjang tempat Dila dan Walski waktu itu duduk.
"Elo enggak ada niat cerita?"
"Panjang."
"Vano!"
Pria itu mengelus pucuk kepala Dila, membuat gadis berponi itu memejam sesaat. "Selama ini gue nggak kemana-mana. Gue selalu ngawasin lo kapanpun dimanapun."
"Kenapa lo ngilang selama itu?"
"Sekalipun gue enggak ada disisi lo. Gue tetep jagain lo, itu udah jadi janji gue. Ada banyak hal yang terjadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...