Bagian Tiga Puluh Enam.
Bersamamu ternyata semenyenangkan itu.
Kenapa aku baru menyadarinya?-VanoLo, gue panggil kuda laut aja ya, Van! Soalnya mata lo kan biru. Gue jadi selalu inget laut gara-gara lo.
Selain, biar couple-an gitu!
Gue kuda poni, lo-nya kuda laut!Udah cucok kan, hehe:)
____Dila dengan segala pemikiran nyelenehnya____
•
•
•🌛
Pagi yang cerah kali ini termasuk hari-hari penting bagi seorang Senja Adila. Karna hari ini jugalah hari yang ia tunggu-tunggu. Waktunya menjelajah.
Sejak subuh tadi, gadis berponi itu sudah siap dengan segala tetek bengek perbekalan untuk kegiatan mereka kali ini. Kata Gibran, ketua NPO mereka bilangnya hari ini track perjalanan mereka bukan lagi gunung, bukit ataupun lembah. Kini mereka akan pergi ke pantai. Salah satu tempat yang kebetulan juga Dila sukai. Karna, dibanding hujan sejujurnya Dila lebih menyukai pantai.
Hamparan pasir putih yang terasa menggelitik telapak kaki. Juga deburan ombak serba biru yang tak pernah berhenti. Seolah menjadi magnet besar baginya. Dila memang sangat menyukai suasana di pantai. Dan kurasa, sebagian dari kalian juga befikir begitu.
"Dek ..." panggilan lembut dari Bulan menginterupsi Dila yang sedari tadi tengah bercermin memperhatikan bayangannya.
"Iya, kenapa Bun?"
Bulan menggeleng pelan, "Nggak. Bunda cuman pengen liat kamu aja. Udah siap? Nggak ada yang ketinggalan kayak biasanya kan?" peringat Bulan.
Sembari mengambil kopernya di samping cermin besar, Dila menyahut. "Udah semuanya kok, Bun. Dila udah cek."
"Obat maag kamu jangan sampe tinggal." imbuhnya lagi membuat Dila lagi-lagi mengangguk.
"Oh ya Bunda, Dila boleh nggak bawa Quila untuk acara kali ini. Kasihan, Bun. Dila ngerasa Quila udah jarang keluar rumah. Dila pengen ngajakinnya ke pantai. Quila kan suka main pasir, Bun!" ujarnya sambil nyengir lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...