39 | Gara-Gara Bersin

6.3K 543 52
                                    

Bagian Tiga Puluh Tujuh.

Bagian Tiga Puluh Tujuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidupku berwarna serasa terkena refleksi pelangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hidupku berwarna serasa terkena refleksi pelangi.
Dan semua warna itu,
Bermuara padamu. -Dila.



🌛

Di sebuah tempat yang penuh dengan layar-layar hijau. Juga teknologi-teknologi super canggih di setiap sudut ruangan luas itu. Dari mulai ada pantry yang bisa langsung mengeluarkan makanan apa saja yang diinginkan hanya dengan memencet tombol. Terus juga terdapat lemari pendingin yang bisa bergerak kemana saja dengan dikontrol sebuah remot kontrol.

Disudut atas juga ada air conditioner, televisi dengan layar super besar, dan alat elektronik lainnya yang bisa dihidupkan langsung hanya dengan melalui perintah suara.

Bahkan laptopnya juga tidak menggunakan kabel. Laptop itu hanya berupa layar transparan yang dipakai bisa dengan sentuhan jari atau bisa juga melalui perintah suara. Mirip hologram.

Dan banyak teknologi lain yang masih belum ada di Indonesia.

Ruangan super canggih itu dihuni oleh dua laki-laki yang sedari tadi terdiam. Menciptakan keheningan pekat kala mereka hanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing sebagai--

Hacker.

"Gue minta maaf."

Cowok bermata biru yang berada tak jauh darinya, menyunggingkan senyum sinis. "Nggak ada gunanya."

"Gue nggak mau bohongin Rettha terus Gue nggak bisa lihat dia nangis terus gara-gara gue."

"Dan hanya karna hal semenjijikkan itu. Lo bongkar semuanya. Pinter lo."

Cowok dengan kaos tanpa lengan itu, menghela nafas. "Rettha segalanya buat gue. Gue nggak bisa hidup tanpa dia, Van."

"Bodoh." maki temannya. "Coba lo pikir pakai otak. Dengan lo bongkar semuanya, secara nggak langsung lo masukin Rettha dalam kehidupan lo."

"Kehidupan kita," jeda cowok bermata biru itu. Sorot dingin kembali menyelimuti netra birunya. "Kelam, menyedihkan, dan--"

Marga menyahut, "Sadis."

GRAVITY [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang