Bagian Empat Puluh Empat.
Terima kasih telah menghabiskan waktu bersama.
Aku tak akan semudah itu melupakan semua kenangan kita.
Semua rentetan kisah itu akan selalu ku ingat, sekalipun kau telah tiada. -Dila•
•
•🌛
Sore mulai tiba. Perlahan kilauan senja mewarnai angkasa. Menghantarkan euforia bagi setiap penikmatnya.
Suara kicauan burung yang kembali ke sangkarnya juga acap kali terdengar. Angin sepoi-sepoi yang menerbangkan beberapa helai daun pepohonan di sana.
Jauh dari keramaian, disanalah gadis berponi itu berada. Diatas sebuah batang kayu yang sudah tumbang. Dengan pandangan mata yang tak henti menatap kearah pesona alam yang tersuguh gratis didepannya. Sesekali kaki jenjangnya mengayun lembut mengikuti senandung merdunya.
"Aw!" pekikan kecil terdengar dari bibir manisnya. Ia spontan menggosok-gosok lengan sikunya.
Melihat ke bawah, ia bergumam kesal. "Ck! Serangga!"
"Punya dendam apa gimana sih sama gue? Gue perasaan nggak ngapa-ngapain dari tadi. Lo jadi serangga aja garangnya bukan main!"
"Aw! Sakit!" refleks Dila mengusap kepalanya yang tadi di getok dengan tidak teganya oleh seseorang yang kini dengan tidak bersalahnya duduk disampingnya.
Dila menatap tajam kekasihnya. "Lo beneran psikopat ya, Van?!" rengutnya.
Seperti biasa, Vano diam saja.
Dila melengos malas. Sambil mengusap kepala cantiknya, ia kembali menatap ke depan.
"Lo, jadi pacar nyebelin banget sih," gumam Dila yang masih terdengar jelas di telinga Vano.
"Mau ngeliat yang lebih bagus dari ini?" suara maskulin Vano memecah keheningan yang sempat tercipta.
Dila yang sedari tadi menatap pemandangan bawah. Sontak menatap kedua mata biru milik Vano. Dila mengerjap saat Vano ternyata sudah menatapnya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...