Bagian Empat Puluh Lima.
Tetap menjadi sahabat seperti ini.
Karna, untuk mencari teman baru memang mudah.
Tapi, untuk mendapatkan teman seperti kalian.
Waktu selamanya saja sepertinya tidak cukup.__Dari Dila untuk kalian__
•
•
•🌛
Desiran angin malam menyapu lembut parasnya. Suasana terasa hening. Bahkan suara jangkrik dan binatang lainnya seolah hilang entah kemana.
Angin sepoi-sepoi menggoyangkan surai poninya. Membuatnya refleks memejamkan mata. Meskipun hawa malam kala itu serasa menusuk sampai ke tulang. Tapi, gadis itu enggan untuk beranjak dari tempat duduknya diatas rerumputan yang basah akibat embun.
Ia menekuk kakinya. Membuka mata lantas mendongak, menatap taburan bintang yang kini menjadi temannya.
Di tempat segelap ini, hanya kerlipan bintang yang menemaninya. Seolah mengerti tentang ketakutan gadis kecil itu.
Sekali lagi, ia memeluk erat lututnya. Berusaha menyalurkan rasa hangat yang masih tersisa. Meski suara menggigil gadis itu terdengar jelas.
Mata hazelnya yang bengkak sehabis menangis. Tak menghilangkan kecantikan gadis kecil itu. Goresan-goresan kecil terlihat menghiasi kulit putihnya membuat rona merah terlihat kontras sekali dengan warna kulitnya.
Lagi, tanpa sadar air matanya kembali mengalir. Kala teringat kondisinya sekarang.
Ia sendirian.
Ditempat yang ia sendiri tidak tau arah pulang.
"Di--ngin." gumamnya sambil tetap memeluk erat tubuhnya sendiri.
Ia amat ketakutan.
Tidak ada bunda, ayah, juga abangnya.
Tidak ada satu orangpun yang menemaninya.
"Ila, takut ..." lirihnya pelan tanpa menghapus air matanya yang terus berlinang. Dibawah pancaran bulan dan bintang, air matanya seolah terlihat seperti mutiara. Berkilau.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITY [Tamat]
Science Fiction"Lo itu gue ibaratin venus flytrap. Gue kupu-kupu-nya. Gue yang udah terperangkap di ruang lo. Mana mungkin bisa keluar. Bahkan kemungkinan terburuknya ialah sang kupu-kupu itu mati. Karna satu kali kesalahan hinggap di daun lo. Ya, begitulah sekir...