Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
18 Juni
Hari pertama gue kabur dari Felix. Ada banyak hal di otak gue yang membuat gue bersikap childish (dengan melarikan diri dan melupakan eksistensi masalah yang sedang terjadi) dan gak peduli sefrustasi apa Felix (jika ia benar mencari gue).
Gue perlu menenangkan diri dari semua ilusi yang diciptakan Felix lewat mulutnya. Pikiran gue semrawut layaknya benang. Hati gue nyeri, bahkan lebih nyeri saat kena pukul dulu. I was so messy yesterday.
Tadi malam setelah menerima telepon dari Yiren, gue memutuskan untuk kabur. Hanya itu yang bisa gue pikirkan di saat gue mulai diterbangkan ke awan oleh Felix. Namun dijatuhkan saat itu juga. Gue berjuang untuk kabur di saat milyaran benih milik Felix menyerang sel telur yang gue punya atau rasa hina gue karena telah ditiduri Felix. Lelaki yang tidak mencintai gue sama sekali.
I should have never trusted him. However i did.Socarelessly, idid.
Gue melarikan diri ke Ubud. Salah satu desa di tengah-tengah pulau Bali. Letaknya di Kabupaten Gianyar. Dengan berbekal uang, kartu identitas, ponsel, baju-baju baru dan perasaan yang menyedihkan, gue menetapkan Ubud sebagai tempat pelarian. Walaupun sejujurnya gue hanya iseng mencari tempat yang cocok saat gue berbelanja pakaian di pusat belanja baju di dekat hotel (sebelum kabur).
Perjalanan dari Kuta ke Ubud memakan waktu satu jam lebih karena macet. Waktu itu gue gunakan penuh untuk menangis dan meratapi nasib. Sampai driver-nya malah mengajak gue keliling di Ubud sebentar dan mencarikan gue homestay murah di sana. Suatu rezeki bagi seorang yang malang seperti gue.
Our marriage is likeanewgrowing seed. Still tiny. But he wanna married again next month. Where is his mind goes?
Gak habis pikir gue.
Pagi ini gue bangun dengan perasaan lega. Tanpa Felix dan kenyataan yang disampaikan oleh Yiren. Gue merasa lebih baik kali ini. Paru-paru gue terasa lebih mampu memasok udara segar di desa Ubud di pagi hari. Seluruh saraf gue mulai tenang. Gak lagi tegang seperti biasanya. Pun, tidur gue nyenyak sekali.
Seperti kebanyakan manusia, gue mengambil ponsel yang dari semalam gue mode silent. Begitu tekejutnya gue sewaktu ada banyak notifikasi dari Felix, Jisung, Junkyu.
Gue lupa memblokir nomor ponsel Felix. Gue cuma blokir line dia.