五十九 | Cimmerian

5.8K 910 343
                                        

Recommended song Lee Hi - Breath

Jisung keluar dari kamarnya bersamaan dengan kamar tamu yang biasanya kamu tempati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung keluar dari kamarnya bersamaan dengan kamar tamu yang biasanya kamu tempati. Ia berhenti melangkah ketika melihat Felix berusaha keluar dari kamar itu dengan kursi rodanya. Lelaki bersurai nyentrik itu terlihat tidak baik-baik saja. Tentu. Siapa yang akan merasa baik-baik saja jika istrinya yang sedang mengandung tiba-tiba diculik? Jisung saja tidak merasa baik terlepas dia hanya temanmu.

Lelaki yang kerap dipanggil Gama itu menggeleng pelan. Pergerakan kecilnya itu ternyata ditangkap oleh Felix yang sedari tadi melihat keberadaan orang lain di ruang tengah. Felix memilih bungkam dan melanjutkan memutar roda pada kursi rodanya untuk sampai di dapur. Rencananya ia ingin membuat secangkir teh hangat agar perasaannya tenang. Ia, Felix, saat ini tidak merasa tenang meski sudah menunaikan ibadah malamnya. Ia mendengar kamu selalu memanggil namanya dan berteriak minta tolong.

Memikirkan kamu lagi, membuat dadanya sesak. Ruang kosong di tengah-tengah dadanya itu seolah terisi gas yang sedang memuai hingga rasanya seperti harus dilepaskan sebelum meledak.

"Len," yang dipanggil berhenti memutar rodanya. Ia lantas memutar kepalanya mencari sumber suara. Gama, rivalnya, berada di sampingnya.

"Kenapa?" tanya Felix datar

"Mau ke dapur? Ku bantu ya." kata Jisung memberi bantuan kepada lelaki berstatus suami kamu.

"Tidak usah. Saya bisa sendiri." tolak Felix. Bukan karena ia tidak suka dengan Jisung, melainkan karena ia tidak ingin dianggap lemah saat ini. Saat dimana sang pujaan dan calon buah hatinya menghilang.

"Jangan menolak bantuan, dok. Saya tau dokter sedang kelelahan." ucap Jisung sok formal.

Felix tidak menjawab. Ia hanya berdiam diri seraya menatap ubin lantai yang tampak berkilau karena diterpa cahaya lampu ruangan. Sementara Felix terdiam, Jisung tersenyum tipis kemudian meraih gagang kursi roda milik Felix. Ia pun mendorongnya hingga sampai ke dapur—meski dalam hening mereka menuju dapur.

"Saya mau buat teh. Dokter juga mau?tawar Jisung. Ia memang ke dapur ingin membuat secangkir teh juga. Bedanya Jisung ingin melepas penat setelah sepuluh jam berada di depan komputer membantu Junkyu melacak keberadaan Dahyun. Wanita itu tiba-tiba menghilang, padahal wanita jahat berparas cantik itulah kunci dimana kamu berada.

Sayangnya pencarian mereka belum membuahkan hasil sampai sekarang.

"Jangan memanggil saya terlalu formal." tegur Felix. Ia tak nyaman dengan cara bicara Jisung saat ini.

"Maaf. Aku hanya berlaku sopan."

"Tidak perlu. Kamu dan saya terpaut tidak jauh. Jangan sungkan."

Jisung mengangguk pelan sebelum melangkahkan kakinya menuju pantry. Lelaki kelahiran dua puluh tiga tahun yang lalu itu mengambil teko elektrik dan mengisinya dengan air. Setelah menyambungkan kabel teko tersebut pada stopkontak, ia mengambil dua buah mug dari lemari. Ia mengisinya dengan gula dan teh chamomile yang sudah diseduh disebuah gelas keramik bergambar burung merak di sebuah taman.

[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang