"FELIIIIIIIX BANGUUUN UDAH JAM 8 HEIIIIIIIII!"
Gue berteriak kencang di telinganya. Tidak peduli kupingnya bakal pengang atau berdengung, yang penting pasangan baru gue itu bangun.
Gue bergerak mundur lima langkah saat mata Felix sontak terbuka lebar. Ia terbangun. Matanya menatap tajam gue yang sedang bersedekap di depannya.
"Bangunin orang manusiawi dong. Kamu bisa merusak gendang telinga saya," komentarnya sarkastik. Gue hanya merotasikan mata jengah mendengar ucapannya.
Dari seminggu yang lalu sejak gue resmi berstatus istri dari Chalenio Felix, gue baru tau kalau Felix itu tidur lagi habis sholat subuh. Jadi membangunkan dia agak susah. Katanya dokter, tapi pagi-pagi tidur lagi. Budaya hidup tidak sehat.
"Kamu tuh harus kerja. Lihat jam," gue dengan emosi menunjuk jam di dinding. Membuat pria berambut pirang itu juga mengalihkan indra penglihatannya ke arah jam.
Matanya sekejap terbelalak, "KOK GAK BANGUNIN SIH? ISTRI MACAM APA KAMU? SAYA ADA CEK PASIEN JAM SETENGAH SEMBILAN!"
gue mendengus. Udah dari jam tujuh tadi gue membangunkan dia. Dasarnya saja dia kebo. Susah banget dibangunkan.
Dia kan juga memimpikan sosok pacarnya di alam mimpinya. Macam fangirl memimpikan biasnya. Begitulah Felix. Untung gue cinta.
"Terserahlah. Aku mau ke dapur. Cuci piring," gue berbalik hendak melangkahkan kaki keluar dari kamar. Namun suara berat Felix menginterupsi.
"Udah kamu setrikain baju saya?" tanya Felix sambil mengusak rambutnya.
"Sudah." jawab gue sekenanya
"Celana?"
"Sudah."
"....sempak?"
Heol
"Sempakmu basah semua. Tidak ada yang tersisa. Ada lagi?" tanya gue jengah. Felix terdiam di kasur.
"Terus ya apa dong?" tanya Felix terdengar sedih
"Pake boxer aja kan bisa. Asetmu juga gak bakal terbang," jawab gue sambil menahan tawa. Sejujurnya Felix itu orangnya perfeksionis. Termasuk hal kecil pun harus terlihat sempurna. Sekalipun dalamannya.
Kemarin itu hujan deras dari pagi sampai siang. Mesin cuci di rumah Felix rusak. Jadinya cuci manual. Berakhirlah sempaknya basah dan tidak kering sampai sekarang. Omong-omong, gue dan Felix tinggal di rumah Felix. Kontrakan dia sih sebenarnya.
"Udah sana mandi. Jangan lupa rapikan tempat tidurnya," titah gue sebelum benar-benar keluar dari kamar.
"Setrikain juga boxernya!"
Huh, dasar tukang suruh.
"Iya-iya cerewet!"
Gue yang tadinya mau cuci piring, malah melangkah ke bak jemuran yang belum gue setrika di samping televisi. Mau mencari boxer milik Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit