Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara peluru yang ditembakkan terdengar memekakkan telinga siapa pun yang mendengarnya. Suara itu terdengar seperti bom dalam skala kecil, tetapi mampu menyadarkan seseorang yang hampir kehilangan nyawanya. Ia tersadar ketika suara itu ditangkap oleh indra pendengarannya. Namun ia tak merasakan rasa sakit karena peluru yang ditembakkan kepadanya. Ia hanya merasakan sebuah sentakan kemudian tarikan.
Netranya perlahan terbuka seiring dengan tarikan yang ia rasakan pada tangannya. Ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang menariknya karena buram. Ia hanya mendapati seseorang menariknya ke atas. Beberapa saat kemudian, ia merasakan badannya diangkat dan mengawang di udara. Sekali lagi, ia tidak dapat melihat dengan jelas siapa yang melakukannya. Matanya terasa panas dan perih sehingga susah untuk melihat dengan jelas.
"Aiko!" panggil seseorang seraya menepuk pelan pipi gadis yang baru direbahkan di atas lantai. Sayangnya, gadis yang ia panggil tidak merespon apapun meski matanya terbuka sedikit.
"Aiko! Kamu dengar saya kan?" ia mencoba sekali lagi. Kali ini ia mengeraskan nada bicaranya agar gadis yang dia panggil mendengar. Namun, lagi-lagi usahanya sia-sia.
Si pemanggil itu lantas memposisikan dirinya di atas gadis bernama Aiko. Tangannya ia satukan kemudian ia taruh di dada sang gadis. Dengan sedikit kekuatan yang ia punya, ia menekan dada Aiko sebanyak tiga puluh kali tekanan. Lengannya terus menekan dada sang gadis, tetapi ia tak kunjung tersadar. Anak lelaki itupun menghentikan tindakan resusitasinya dengan memindahkan tangannya ke arah hidung dan dagu milik Aiko. Ia lalu menjepit hidung Aiko kemudian menekan dagunya agar mulutnya terbuka. Detik berikutnya ia mendekatkan mulutnya dengan mulut Aiko untuk memberi nafas buatan.
Ia melakukannya tanpa peduli ia telah mengambil ciuman pertama gadis itu.
Setelah dirasa cukup memberikan nafas buatan, ia kembali ke posisinya. Namun, gadis itu masih belum menunjukkan tanda-tanda dia sadar. Alhasil ia melakukan resusitasi jantung paru-paru kembali sampai saat sedang menekan kuat dadanya, Aiko tiba-tiba memuntahkan air yang cukup banyak dari mulutnya. Anak lelaki itupun pindah ke samping Aiko untuk membantu mengeluarkan air yang berada di paru-paru gadis itu.
"Maaf ya kalau saya pukulnya agak keras," ia berucap seolah meminta izin sebelum memukul punggung Aiko. Tujuannya agar air yang dihirup oleh gadis itu keluar semuanya.