Minggu pagi di rumah Felix. Dia saat ini sedang memasak di dapur setelah membantu gue mandi. Sementara gue duduk manis di meja makan. Sambil menopang dagu, gue memandang punggung lebar Felix yang dibalut kaos oblong warna biru muda.Rasanya hati gue menghangat kala Felix memasak di sana. Gue jadi menghayal Felix memasak untuk gue setiap harinya. Gak apa kan menghayal suami sendiri?
Namun kenyataannya? menyedihkan. Gue berkali-kali sudah diingatkan oleh Shawn Mendes. Kalau itu semua hanyalah imajinasi gue. Sayangnya pula, gak akan pernah terjadi.
Lama menunggu Felix selesai memasak, suami gue itu akhirnya membawa sepiring berisi dadar jagung. Ia menaruh piring itu di meja sebelum mengambil nasi di rice cooker.
"Adanya cuma ini. Kamu belom belanja." , "Makan." katanya sambil menaruh sepiring nasi di depan gue. Nasinya sedikit dan sedikit mengering. Gue enggak masak nasi lagi semalam. Ini pasti sisa kemarin pagi.
Bagaimana gue mau belanja, uang belanja saja dia gak ngasih. Tidak tau diri masnya. Itu jagung aja sisa bahan seminggu yang lalu. Mama mertua mengisi kulkasnya Felix dengan bahan makanan setelah acara pernikahan.
"Kamu nggak makan?" tanya gue balik
Felix menggeleng. "Saya mau makan sama Yiren sebentar lagi."
Gue langsung melemas. Baru juga tadi malam Felix bisa gue raih, tapi sekarang gue harus melepasnya kembali. Benar juga, Felix hanya ingin tubuh gue. Selebihnya enggak. Menolong gue semalam dan tadi pagi pun hanya sebatas kemanusiaan. Bukan karena kewajibannya sebagai suami.
Gue dalam diam mengambil dadar jagung goreng itu dan mulai makan setelah berdoa. Rasanya—
"Tahan aja kalo asin. Saya gak bisa nakar garamnya." celetuk Felix di depan gue sambil memainkan ponselnya.
—asin banget ya tuhan.
Gue terpaksa menelan makanan itu. Rasanya asin namun gue paksa masuk. Sebagai penghargaan atas karya suami gue yang ingin menikah lagi.
Orang bilang sih, kalau masakan yang dibuat seseorang asin, katanya dia ngebet nikah. Kalau yang udah nikah, mungkin dia pengen nikah lagi. Serius deh, gorengan Felix asin banget. Ini kayaknya satu sendok makan full garamnya.
"Bentar lagi kamu telpon Jisung. Suruh ke sini." katanya cuek.
"Ngapain?"
"Yiren mau ke sini. Saya gak mau bikin dia salam paham."
Yiren mulu Yiren mulu. Pacarnya yang perasaannya selalu dijaga.
Lah gue mah apa. Boro-boro dijaga. Disakiti mulu. Emang hati gue terbuat dari baja?
"Terus kamu mau nyuruh Jisung ngapain?"
Felix tanpa mengalihkan fokusnya menjawab, "bilang aja panti asuhan kalian butuh dana. Jadi kalian ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit